Headlines News :

WELCOME LUCIANO

WELCOME LUCIANO

Berita Terbaru FC Internazionale

Inter Vs Napoli Ramaikan Boxing Day Liga Italia

Written By Japrax on Selasa, 25 Desember 2018 | 20.25

Inter Vs Napoli Ramaikan Boxing Day Liga ItaliaInter Milan vs Napoli tersaji Boxing Day Liga Italia. (Foto: Getty Images/Valerio Pennicino)
Jakarta - Persaingan gelar juara Liga Italia terus berlanjut di periode Natal. Duel antara Inter Milan vs Napoli meramaikan laga Boxing Day tengah pekan ini.

Inter akan menjamu Napoli di Stadion Giuseppe Meazza, Kamis (27/12/2018) dinihari WIB. Kedua tim terpaut delapan poin di papan klasemen dengan Inter menghuni posisi ketiga sedangkan Napoli di atasnya usai meraup 41 poin.

Nerazzurri akan mencoba bangkit setelah diimbangi Chievo 1-1 di akhir pekan lalu. Namun, Inter menghadapi konsistensi Napoli, yang mendulang delapan kemenangan dan dua seri dalam 10 laga terakhirnya.

Laga Frosinone melawan AC Milan menjadi pembuka pekan Boxing Day, Rabu (26/12) petang WIB. Kedua tim sedang sama-sama terluka setelah menjalani rangkaian hasil buruk.

Frosninone terkubur di zona degradasi usai sudah 10 kali kalah dan baru sekali menang dalam 17 pertandingan. Sementara Milan, cuma sekali menang dalam enam pertandingan liga terakhirnya termasuk menjalani tiga pertandingan terakhir tanpa kemenangan.

Juara bertahan Juventus akan menyambangi kandang Atalanta. Juventus telah memastikan status juara paruh musim setelah unggul delapan poin dari rival terdekatnya, Napoli.

Bianconeri
 wajib mewaspadai Atalanta, yang tampil oke di Azzurri d'Italia. Di musim ini, Atalanta pernah menghempaskan Inter 4-1, mengimbangi Milan 2-2, dan AS Roma 3-3.

Sementara itu Roma masih terus mencoba bangkit. Giallorossi tengah menghadapi krisis usai hanya sekali menang dalam tujuh pertandingan terakhirnya di Serie A sehingga terdampar di peringkat 10 klasemen.

Sassuolo menjadi lawan yang wajib dijinakkan Roma saat berjumpa di Olimpico, Kamis (27/12) dinihari WIB. Apalagi, Roma didukung dengan rekor bagus dengan empat kemenangan dan sekali imbang di lima pertemuan terakhir mereka.


(rin/mrp) (detil.com)

7 Alasan Inter Akan ‘Juara’ Musim Ini Versi Mas Anton

Written By Japrax on Selasa, 19 September 2017 | 20.32

Oleh : @AntonRijalFikar

Halo kalian para Interisti sehat?

Jelas sehat dong. Sejauh ini dalam empat giornata, Inter berhasil ada di posisi ketiga klasemen di bawah Napoli dan Juventus dengan poin yang sama, hanya kalah selisih gol. Inter juga berhasil mencetak 10 gol, dan hanya kebobolan satu gol, paling sedikit di antara klub Serie A lainnya.

Jelas ini akan menimbulkan situasi harap-harap cemas, apakah klub kesayangan kita di akhir musim akan menjadi juara? Ataukah kita akan menjadi pesakitan lagi dengan terdampar di papan tengah klasemen? Namun mengingat kita adalah salah satu fans paling sabar di jagat sepak bola bersama Kopites dan The Gooners, jadi lebih baik harapannya disimpan terlebih dahulu. Saya tentu tahu rasanya ketika kita diberi harapan untuk pacaran bertahun-tahun dengan seseorang, namun di ujung jalan malah menikah dengan yang lain. Ya, mental kita baja, kepala kita memang batu.

Optimis memang, tapi menurut saya, Inter musim ini akan jauh berbeda dibandingkan tujuh musim sebelumnya. Mengapa? Karena saya memiliki beberapa analisis mengapa Inter akan juara musim ini.

1. Keberadaan Teknologi VAR

Susah untuk dipungkiri, salah satu faktor Inter susah bersaing di liga adalah perihal keputusan wasit. Banyak statement yang menyatakan Juventus selalu diuntungkan dengan keputusan wasit sementara Inter sebaliknya. Sebut saja kejadian musim 1997/1998 dimana Ronaldo dihajar Mark Iuliano di kotak penalti dan tidak berbuah tendangan 12 pas, sehingga Inter kalah 0-1 dan Juventus pun scudetto. Atau ketika gol Sulley Muntari dianulir di musim 2011/2012, padahal jelas di video rekaman pertandingan bola sudah melewati garis gawang sebelum ditinju keluar oleh Buffon. Juventus pun scudetto.

Untungnya, di musim 2017/2018, Serie A mulai menerapkan Video Assistant Referee (VAR) sebagai pembantu wasit di tiap pertandingan. Fungsi dari VAR sendiri adalah untuk meninjau keputusan wasit kepala dengan melihat rekaman video instan. Bayangkan, keputusan terjadinya gol dan prosesnya, pemberian tendangan penalti, pemberian kartu kuning dan merah, semua dapat ditinjau ulang langsung selama pertandingan. Dampak dari VAR sendiri pun mulai terasa pada Juventus di dua pertandingan ketika melawan Cagliari dan Genoa, mereka menderita 2 penalti –yang satu gagal berbuah gol sementara yang satu lagi gol. Sementara Inter mendapatkan 1 hadiah penalti yang berbuah gol setelah 5 menit konsultasi bersama VAR ketika melawan SPAL. Hal ini di musim-musim yang lalu merupakan kemustahilan untuk Inter, ketika tanpa VAR, Inter mungkin baru dapat hadiah penalti setelah giornata 20-an.

2. Bersama Spalletti, Jantung Kita Akan Lebih Sehat

Di musim-musim sebelumnya, darah Anda mungkin terbiasa terpompa dengan deras ke seluruh tubuh ketika Inter mulai bertanding. Skenarionya kurang lebih sama: Gol-gol yang dicetak oleh Icardi, terbayar lunas dengan aksi konyol di lini belakang pada menit-menit akhir. 3 poin pun melayang seiring peluit akhir pertandingan. Rambut-rambut rontok, piring dan gelas pecah berserakan, napas naik-turun, kadang panas-dingin, intinya tidak sehat-lah. Bersyukurlah kalian wahai Interisti garis tua, bersama Spalletti, Anda tidak perlu sering-sering klaim BPJS untuk cek tensi darah, minta surat ijin sakit ke dokter ketika hari senin karena malu di-bully teman sekantor, atau membuat banyak alasan seperti:

“Yang penting kami pernah treble winner!”

“Kami tidak pernah turun ke Serie-B”

“Yang penting presiden kami orang Malaysia! Eh, maksud kami, Indonesia!”

Tidak. Tidak perlu lagi. Apa yang Spalletti berikan ke kita, juga ke tim, adalah sebuah kestabilan. Pekerjaan yang Spalletti tunjukkan musim lalu bersama AS Roma adalah jaminan mutu dari CV seorang pelatih pekerja keras merangkap psikolog, merangkap motivator, dan komunikator. Ketika berbicara eksternal kepada pers, Spalletti akan menyampaikan apa yang ada dalam tim secara jelas dan lugas, tanpa bertele-tele. Ketika berbicara pada timnya, ia akan menyempatkan diri untuk mengobrol secara empat mata tentang kekurangan yang harus diperbaiki. Apabila masih ngeyel dan ndablek juga, ia tak akan segan untuk mencadangkan pemain tersebut hingga sadar. Ingat apa yang terjadi pada Totti di musim terakhirnya? Seperti itulah Spalletti. Ingat posisi klasemen Roma musim kemarin? Seperti itu jugalah Spalletti. Demi menjaga kestabilan timnya, ia tidak akan pernah peduli dengan komentar orang yang tidak sejalan dengan dirinya dan timnya.

3. Superisic

Sejauh ini kesuksesan Inter di mercato bukan diukur dari keberhasilan mendatangkan Dimaria, Schick, Keita, Moura, Sanchez, Berardi, Bernardeschi, Salah, Atep, atau Zulham Zamrun, namun ketika berhasil mempertahankan Ivan Perisic. Iya Perisic, yang hanya dihargai 48 juta paun oleh klub Manchester sialan itu. Cobalah tengok musim yang sedang berjalan ini. Ivan Perisic dalam 4 match sudah berkontribusi 3 gol dan 3 assist. Itu berarti 60% dari total gol Inter saat ini adalah kontribusi dari hanya seorang Ivan Perisic. Coba sebutkan pemain Manchester United mana yang bisa berkontribusi semasif itu? Mkhitaryan? Lukaku? Pogba? Meh. Pemain EPL memang selalu overrated.

Oke maaf, saya sering emosi jika membahas klub EPL. Kembali lagi ke Perisic. Ya, Ivan Perisic memang super. Ketika Icardi mulai buntu di kotak penalti, ia akan muncul menyisir dari sisi kiri kemudian ke tengah dan boom! Maka terjadilah gol atau assist. Bersama Icardi, ia telah menjelma menjadi partner ideal setelah era Icardi – Kovacic dan Icardi – Palacio. Hanya pelatih Jerman gila yang tega untuk mencadangkan Perisic dari menit pertama untuk seorang Eder. Oh iya, ini maksudnya buatmu, Frank De Boer.

4. Sang Regista

Seumur saya menikmati Inter bertanding, menurut saya Inter tidak pernah benar-benar memiliki sosok seorang regista. Di negara yang kerap memuja sosok fantasista seperti Totti dan Del Piero, atau attacante seperti Ronaldo dan Vieri, atau juga trequartista seperti Kaka dan Veron, regista adalah sosok yang cukup langka. Jauh dari glamornya selebritis lapangan hijau yang kerap memukau lewat aksi-aksi skillful di lapangan, peran regista adalah peran sutradara dari balik layar. Layaknya Pirlo dan Veratti, Inter akhirnya menemukan sosok ini pada diri Borja Valero.

Ketenangan, visi, dan kemampuannya dalam mengalirkan bola, membuat Inter kepincut untuk mendatangkan Valero dari Fiorentina meskipun usianya tidak lagi muda. Rupanya manajemen Inter cukup terbawa romansa Juventus ketika berhasil mendatangkan Pirlo dari Milan. Borja Valero, meski tidak seflamboyan Pirlo, ia memiliki kematangan yang cukup untuk menjadi jenderal di lini tengah. Kedatangan seorang Valero bahkan membuat Spalletti yakin jika ia tidak membutuhkan sosok gelandang pengangkut air seperti Medel atau Kondogbia. Sudah cukup Inter berjudi dengan Banega di musim lalu. Kini bersama Valero, Inter siap menjajah setiap jengkal lini tengah tim lawan manapun.

5. Tiga Lapis Tembok Baja

Milan Skriniar memang fenomenal. Ketika Inter mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan Sampdoria sebesar 30 juta euro untuk mengangkut Skriniar, saya bertepuk tangan. Di mata saya, Skriniar memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pasangan duet Miranda sebelumnya, Ranocchia – Juan Jesus – Andreolli – Murillo – Medel. Dengan tinggi 187 cm, Skriniar kuat di duel udara, sekuat Ranocchia dan Andreolli. Memiliki bobot seberat 80 kg membuat Skriniar tidak takut untuk body charge dengan penyerang manapun seperti Medel. Kemampuannya untuk mendribble bola bahkan jauh lebih bagus dari Juan Jesus. Aerial tackle-nya pun bersih dan tidak sesembrono Jeison Murillo. Short pass-nya secara statistik bahkan lebih baik dibandingkan dengan kompatriotnya, Miranda. Insting mencetak gol-nya? Mammamia! Di MSK Zilina selama 93 pertandingan, ia melesakkan 13 gol. Di Inter, hanya dalam dua pertandingan terakhir, Skriniar berhasil menggetarkan mistar gawang dan mencetak satu gol. Intinya dengan segala kelebihannya, Skriniar adalah bek masa depan Inter, jika tidak dijual ke Real Madrid, PSG atau Barcelona tentunya.

Miranda, kapten timnas Brasil, merupakan sosok mentor yang sangat ideal untuk Skriniar sebelum kemampuannya habis digerogoti usia. Ketenangan, kemampuan membaca arah serangan lawan, serta leadership secara mudah ditularkan kepada Skriniar. Kali ini Miranda tidak perlu khawatir, Skriniar mempunyai spesifikasi prosesor dan RAM yang lebih tinggi dibandingkan Ranocchia, Juan Jesus, Medel, dan Murillo.

Di belakang mereka berdua, Samir Wakabayashi pun bisa lebih santai di bawah mistar gawang. Tidak perlu banyak mengumpat, melompat, apalagi melakukan banyak penyelamatan sesering musim lalu. Trio Skriniar – Miranda – Wakabayashi ini sudah teruji paten dalam empat pertandingan terakhir dengan mencatatkan rekor 3 kali cleansheet dan hanya kebobolan satu gol.

6. Tiga Super Sub

Para Interisti garis tua nan keras mungkin ingat jika Inter pada medio 2003-2009 pernah punya sosok super sub fenomenal pada diri Julio Cruz. Bayangkan ketika pada masa itu lini depan Inter disesaki striker sekelas Vieri, Adriano, Ibrahimovic, Recoba, Crespo, dan Martins, tapi Julio Cruz masih setia bertahan di bangku cadangan. Anda tahu kenapa? Sudah menjadi pakem pelatih saat itu ketika Inter mulai buntu, masukkan saja Cruz, niscaya beliau akan mendedikasikan gol yang berujung pada kemenangan Inter.

Inter pun musim ini akan memiliki tiga super sub dalam diri Joao Mario, Eder dan Padelli. Mengapa? Pertama, Joao Mario mungkin akan lebih sering diplot sebagai trequartista di belakang Icardi, namun kemampuan Joao Mario dalam menghasilkan assist dan gol sejak musim lalu selalu lebih banyak ketika ia masuk ke lapangan dari bangku cadangan. Mungkin beliau lebih nyaman memperhatikan situasi pergerakan tim dari bench sisi lapangan, kemudian menyimpulkan solusi, lalu ketika ia masuk hanya tinggal mempraktekkan apa yang ada di lapangan. Kedua, idem dengan Eder, sejak musim lalu– Anda juga bisa membuktikannya di tim nasional Italia– Eder akan lebih berguna ketika dimasukkan di menit-menit kritis. Banyak gol penting yang akan ia hasilkan musim ini.

Ketiga Padelli. Mengapa Padelli? Itu semata karena Handanovic memiliki pengganti yang sepadan dalam diri Daniel Padelli. Sebelum kedatangan Joe Hart, Padelli adalah penjaga gawang utama di Torino. Sedikitnya Padelli mencatatkan 33 kali bermain di tiap musim dengan rataan menit sekitar 3000an. Pada musim 2013-2014, Padelli selalu bermain di setiap pertandingan yang Torino jalani hingga berujung pada kualifikasi Europa League. Penampilan apiknya di musim itu seolah terbayarkan ketika ia mendapatkan anugerah penghargaan Goalkeeping Revelation of The Season dari Italian Sport Awards pada tahun 2014. Bergabungnya dia ke Inter seolah menjadi reuni musim 2011-2012, dimana ia juga menjadi penjaga gawang cadangan dari Handanovic di Udinese.

7. Skuad Yang Ramping

Dengan hanya bermain di 2 kompetisi lokal, membuat manajemen membentuk skuad Inter musim ini dengan sangat ramping. Dalam formasi kesukaan Spalletti, 4-2-3-1 di hampir setiap posisi, skuad ini memiliki sedikitnya 2 pemain untuk bergantian menjadi starter dan pemain pengganti. Untuk lebih jelasnya Anda dapat melihat skema formasi ini.

Pemain yang bertanda biru, Anda akan sering melihat mereka mengisi starting line-up sepanjang musim ini. Pemain yang bertanda hitam, adalah pemain yang akan secara bergantian mengisi line-up ketika pemain bertanda biru sedang kelelahan atau performanya sedang angin-anginan. Sementara pemain bertanda oranye, adalah pemain yang bisa saja mengisi posisi tersebut, utamanya ketika Mister Spalletti sedang frustasi atau kondisi benar-benar darurat.

Dengan skuad ramping yang hanya berisikan 23 pemain ini, dipastikan tidak akan ada lagi pemain yang ngambek dan frustasi seperti Jovetic, Kondogbia atau Gabi-seret-gol. Pemain Primavera seperti Vanheusden, Valietti dan Pinamonti punya kesempatan untuk mencari pengalaman dalam pergantian dengan seniornya. Dua pemain senior cadangan dengan status Lord seperti Ranocchia punya waktu yang cukup untuk membalas haters di kolom komentar akun media sosialnya, dan Lord Nagatomo, tidak akan seperti musim lalu dimana ia terlalu sering bermain sebagai inti, musim ini beliau akan lebih fleksibel mengatur jadwalnya dalam mengisi organ tunggal keliling kampung.

Jika semua bisa bermain, semua akan senang. Jika para pemain senang, tidak akan ada friksi. Jika tidak ada friksi, suasana internal klub akan positif. Jika suasana internal klub positif, saya rasa pelatih akan dengan mudah mengatur fokus skuadnya dalam mencapai target musim ini, yaitu lolos ke Liga Champions.

“Loh, kok cuma lolos Liga Champions? Bukannya di judul tulisan ini ‘Alasan Inter Akan Juara Musim Ini?’ Dari sederet alasan yang diungkapkan di atas, harusnya cukup dong buat bikin Inter juara musim ini?

Iya betul Mas, juara, tapi juara dua atau tiga di bawah Napoli atau Juventus.

Wah sialan lu, dasar PHP!”

Maaf mas, tapi saya kan daritadi cuma bahas skuad Inter, tidak membahas kedalaman skuad Juventus atau padunya chemistry skuad Napoli yang sudah bertahun-tahun main bareng.

Lagipula ya mas, kalaupun maksud saya Inter akan juara satu, alih-alih menulis kata “juara” di judul, saya akan menggantinya sebagai kata Scudetto. Tapi sayangnya, sepertinya kita juga harus puas dan bersyukur jika bisa finish di posisi dua atau tiga akhir musim ini. Skuad ini menurut prediksi saya akan menjadi sebuah pemuas dahaga yang tidak pernah kita rasakan selama tujuh musim ke belakang.

Jangan serius-serius mas. Berdoa mulai!

@AntonRijalFikar

sumber: https://calciobuzz.com/opinibuzzer-7-alasan-inter-akan-juara-musim-ini-versi-mas-anton/

27 Agustus 2010: Ketika Mbah Budi Mengingat Malam Sendu Internazionale Milano di Monako

Written By Japrax on Minggu, 27 Agustus 2017 | 09.48

Musim 2009/2010 tentu takkan bisa dilupakan dengan mudah oleh pendukung setia Internazionale Milano, Interisti. Penyebabnya tak lain tak bukan adalah pencapaian gemilang yang berhasil ditorehkan Javier Zanetti dan kawan-kawan di musim tersebut. Di bawah arahan pelatih nyentrik asal Portugal, Jose Mourinho, Inter sukses menggondol gelar treble winners yakni titel Scudetto, Piala Italia, dan Liga Champions.

Sial bagi Inter, keberhasilan tersebut gagal membendung keinginan Mourinho untuk hijrah ke ibu kota Spanyol buat menukangi salah satu tim raksasa, Real Madrid. Keputusan pelatih berjuluk The Special One itu sendiri sampai membuat salah satu pemain senior Inter, Marco Materazzi, menangis tersedu-sedu.

Tak ingin membuang-buang waktu lebih lama, patron I Nerazzurri ketika itu, Massimo Moratti, lantas mendapuk lelaki asal Spanyol yang baru saja meninggalkan Liverpool, Rafael Benitez, sebagai pelatih anyar. Bermodal curriculum vitae yang cukup mentereng, salah satunya mengantar The Reds menjadi jawara Liga Champions musim 2004/2005, Moratti menaruh asa kepada Benitez agar sanggup mempertahankan performa Inter di level tertinggi.

Bayangan bahwa Inter di tangan Benitez akan sama baiknya seperti saat diasuh Mourinho menyeruak di benak Interisti. Terlebih, di laga debut resminya sebagai pelatih, pria tambun yang akrab disapa Rafa ini sukses menghadiahi Zanetti dan kolega trofi Piala Super Italia sehabis mengandaskan AS Roma dengan skor 3-1.

Namun sayang, performa ciamik tersebut gagal diulangi oleh Benitez tatkala anak asuhnya harus berangkat ke Monako guna bersua Atletico Madrid di sebuah laga bertajuk final Piala Super Eropa. Inter dan Atletico berhak mentas di ajang ini lantaran keduanya adalah kampiun pada dua kompetisi antarklub yang digarap asosiasi sepak bola Eropa (UEFA), Liga Champions dan Liga Europa.

Menyandang status sebagai klub terbaik di benua Eropa pada saat itu, I Nerazzurri sedikit lebih diunggulkan ketimbang Los Rojiblancos. Keberadaan para pilar semacam Julio Cesar, Diego Milito, Walter Samuel, Wesley Sneijder dan tentu saja Zanetti, bikin kekuatan Inter tak banyak berubah.

Tapi hal tersebut rupa-rupanya tak membuat Sergio Aguero dan kawan-kawan yang membela panji Atletico merasa jeri. Mereka seolah ingin membuktikan pada khalayak jika skuat Atletico wajib diwaspadai oleh setiap lawan.

Benar saja, tanpa banyak basa-basi, Atletico justru berhasil mengembangkan permainan sejak sepak mula. Di sisi sebaliknya, Inter tampak masih kikuk dengan pola permainan yang dikembangkan Benitez.

Ketimbang Inter, Los Rojiblancos jauh lebih pandai menciptakan peluang. Situasi ini juga yang membuat gawang Julio Cesar lebih sering terancam. Sementara David de Gea yang ketika itu mengisi pos di bawah mistar Atletico malah tampil santai.

Namun kesulitan yang dirasakan masing-masing kubu dalam memanfaatkan peluang yang mereka punyai sepanjang babak pertama, bikin papan skor tak berubah alias tetap 0-0 hingga 45 menit pertama berakhir.

Usai turun minum, baik Benitez maupun Quique Sanchez Flores (pelatih Atletico) melakukan sejumlah penyesuaian demi membongkar pertahanan lawan dan mengubah arah pertandingan.

Berselang lima belas menit setelah jeda, perubahan dan penyesuaian yang dibuat Sanchez Flores justru lebih terasa efeknya. Melalui skema kerja sama satu-dua, Jose Antonio Reyes sukses memperdayai sejumlah pemain belakang I Nerazzurri untuk menceploskan bola ke gawang Julio Cesar dengan sepakan mendatar dari sudut sempit.

Setelah tertinggal, Inter lebih banyak mengambil inisiatif serangan untuk mencuri angka. Masuknya Goran Pandev menggantikan Dejan Stankovic seolah menunjukkan niat Benitez agar anak asuhnya tampil lebih ofensif. Tapi ketidakmampuan mereka mengkreasi peluang bersih membuat semuanya nirhasil.

Lebih nahas lagi, semua kegagalan Inter dalam misi mencuri gol dihukum dengan cara setimpal oleh Atletico. Tepat di menit ke-83, Aguero sukses menggandakan skor usai melanjutkan bola sodoran Simao Sabrosa dari sisi kanan pertahanan I Nerazzurri yang begitu mudah ditembus. Los Rojiblancos pun unggul 2-0.

Ketinggalan dua gol dan laga yang hanya menyisakan sedikit waktu membuat Inter tergopoh-gopoh. Di sisi lain, Atletico justru semakin memperkokoh pertahanan mereka dengan bermain menunggu dan hanya mengandalkan serangan balik.

Inter sejatinya mendapat kesempatan untuk mencetak skor via titik putih di menit ke-89 sekaligus memperbesar asa mereka untuk mengejar. Namun Dewi Fortuna sama sekali tak berpihak kepada mereka karena eksekusi Milito berhasil ditepis oleh De Gea.

Ketika wasit asal Swiss, Massimo Busacca, meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga, para pemain, pelatih dan suporter Atletico pun bersorak gembira. Gelar Piala Super Eropa kala itu merupakan yang perdana bagi mereka.

Sebaliknya, wajah sendu terpancar jelas dari seluruh elemen di tubuh Inter, baik pemain, pelatih, dan suporter mereka. Cita-cita menggapai Piala Super Eropa, juga untuk kali pertama di sepanjang sejarah klub, sirna begitu saja.

Malam itu juga menjadi sebuah titik awal di mana penurunan prestasi dialami Inter, salah satunya adalah kehilangan titel Scudetto yang sebelumnya mereka menangkan lima kali berturut-turut. Walau pada bulan Desember 2010 dan Mei 2011 mereka sanggup merengkuh trofi Piala Dunia Antarklub serta Piala Italia, namun setelah itu belum ada lagi silverware yang mampir untuk mengisi lemari trofi Inter, setidaknya sampai hari ini.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional

source: http://football-tribe.com/indonesia/2017/08/27/malam-sendu-internazionale/

Surat Cinta Mbah Budi kepada Javier Zanetti

Written By Japrax on Minggu, 13 Agustus 2017 | 11.16


Dear, tuan Javier,

Perkenalkan, aku seorang Interista yang berasal dari Indonesia, negeri asal Presiden Internazionale Milano saat ini, Erick Thohir. Tak perlu mengingat-ingat hingga kebingungan tuan Javier, Anda sudah pasti tidak mengenaliku karena kita juga tak pernah bertemu sebelumnya.

Jarak jauh yang membentang di antara Indonesia dan Italia, juga karena aku yang hidup sejak zaman Firaun, membuat kita berdua terpisah tak hanya angka ribuan kilometer, tapi juga terpisah ruang dan waktu. Biarlah waktu yang fana, tuan Javier, karena Anda tak pernah fana bagiku.

Seperti yang pernah aku tuliskan dahulu, Inter bukanlah kesebelasan pertama asal Eropa yang memikat perhatianku terhadap sepak bola internasional. Klub Inggris, Chelsea, dan penggawanya asal Italia di penghujung 1990-an sampai awal 2000-an, Gianfranco Zola, merupakan pihak yang lebih dulu melakukannya.

Walau begitu, di periode awal kekagumanku kepada Chelsea dan Zola, diri ini sempat menyaksikan laga yang Anda mainkan bersama Inter. Tepatnya di partai final Piala UEFA 1997/1998 saat berjumpa tim senegara, Lazio.

Aku juga masih ingat, ketika itu Anda menciptakan sebuah gol cantik dari luar kotak penalti. Gol yang Anda bukukan via sepakan first time keras itu berhasil membuat papan skor berubah menjadi 2-0. Hingga akhirnya, Anda bersama kawan-kawan sukses memenangi pertandingan tersebut dengan kedudukan 3-0, sekaligus membawa pulang trofi Piala UEFA ketiga Inter di era 1990-an.

Dan entah karena angin apa, pelan tapi pasti perhatianku kepada Chelsea dan Zola mulai terkikis seiring dengan makin menuanya pria bogel tersebut. Dari Inggris, atensiku pada sepak bola internasional mulai bergeser ke arah selatan, sekitar tahun 2001, tepatnya ke Italia yang ketika itu dijejali banyak sekali nama tenar dan sangat populer di Indonesia.

Menariknya, ketertarikan pada sepak bola Italia juga yang menuntunku kepada klub yang Anda bela, Inter. Sebagai penyuka warna biru, klub yang Anda bela merupakan salah satu opsi yang bisa kupilih untuk dijadikan tim favorit. Alasan ini juga yang membuatku memilih Chelsea, bukan Arsenal atau Manchester United, yang di penghujung 1990-an jadi kekuatan utama di tanah Britania.

Ya, aku mencintai Inter bukan karena keberadaan duo Ronaldo dan Christian Vieri yang begitu fenomenal itu, tuan Javier. Aku menyukai klub yang berdiri pada 9 Maret 1908 ini lebih dikarenakan nuansa biru yang melekat padanya meski harus terbagi dengan warna hitam. Toh, kombinasi warna biru dan hitam seperti yang terlihat di seragam tempur Inter tetaplah memukau bagiku.

Dari sekian sosok pesepak bola yang menggunakan seragam Inter, Anda salah satu yang paling menarik perhatianku. Kemampuan Anda berlari sambil menggiring bola, melewati lawan dengan beberapa gerakan yang tampak sederhana, hingga melepas umpan akurat dari sayap kanan I Nerazzurri bak sebuah tarian yang amat memesona. Tak eksepsional layaknya gocekan Lionel Messi memang, tapi apa yang Anda lakukan ketika itu sungguh ciamik bagiku.



Dear, tuan Javier,

Meski berstatus sebagai kapten kesebelasan sejak 2001 sampai 2014 yang lalu, sorotan media terhadap Anda bisa dikatakan sangat minim. Berbeda dengan perlakuan mereka terhadap rekan-rekan setim Anda macam Adriano Leite hingga Yuto Nagatomo.

Situasi tersebut membuatku, mungkin juga Interista yang lain, harus berjuang lebih banyak dengan membaca majalah, koran atau berselancar di internet guna mendapat informasi mengenai diri Anda.

Dari situ kemudian aku pun tahu jika Anda merupakan pembelian pertama di era kepemimpinan Massimo Moratti. Bersama Sebastian Rambert, dari Argentina Anda dibawa melintasi samudera untuk berlabuh di Appiano Gentile, markas latihan Inter.

Jauh dari kampung halaman nyatanya tak membuat Anda kesulitan untuk beradaptasi dengan kultur di Italia. Pelan tapi pasti, lewat performa yang elegan, konstan sekaligus mengagumkan, Anda menunjukkan kepada semua orang jika Moratti sama sekali tidak salah menginvestasikan uangnya kepada Anda, tuan Javier.

Anda selalu menampilkan determinasi luar biasa, baik di sesi latihan maupun berlaga di sebuah pertandingan. Sebuah kenyataan yang diamini oleh banyak pelatih yang pernah menangani Anda. Memiliki posisi natural sebagai fullback, Anda tetap mampu tampil brilian ketika pelatih-pelatih Inter menempatkan Anda di posisi yang lain. Entah itu sebagai wingback, gelandang sayap, gelandang bertahan sampai bek tengah.

Profesionalisme dan kebanggaan mengenakan seragam biru-hitam milik Inter benar-benar Anda tunjukkan selama mengabdi di Stadion Giuseppe Meazza.

Tak sampai di situ, loyalitas yang Anda tunjukkan selama lebih dari satu dekade berstatus sebagai pemain Inter juga tak ada bandingannya. Tawaran dari klub-klub raksasa Eropa lain seperti Manchester United dan Real Madrid Anda tolak demi bertahan di Inter walau saat itu kering prestasi. Sebuah kondisi yang akan sulit ditemui pencinta sepak bola di masa yang akan datang.

Maka tak perlu heran apabila Anda berhasil memegang sejumlah rekor di Inter, antara lain sebagai pemain dengan jumlah penampilan terbanyak di sepanjang sejarah klub (turun di 858 partai), sosok Il Capitano Inter dengan durasi paling panjang sekaligus kapten yang paling sering mengangkat trofi juara (15 titel).

Bareng tim nasional Argentina, Anda juga masih tercatat sebagai pemegang caps terbanyak usai bertempur di 143 pertandingan sembari menyumbangkan 7 gol. Sayangnya, semasa aktif dahulu Anda belum berhasil membawa La Albiceleste menyudahi paceklik gelarnya sejak tahun 1993 silam.

Apa yang Anda tampilkan tentu mengundang respek dan kekaguman dari banyak pihak, baik kawan ataupun lawan. Nama Anda kerap disebut-sebut sebagai perlambang dedikasi dan kesetiaan meski bukan produk asli Inter layaknya Paolo Maldini di AC Milan dan Francesco Totti di AS Roma. Buktinya, Inter juga mengistirahatkan nomor punggung 4 yang biasa Anda kenakan sebagai tanda penghormatan.

Akupun sepakat, hanya para pembenci saja yang bakal kukuh dalam ketidaksukaan terhadap Anda. Tapi biarlah, hal itu juga takkan membuat mereka lebih baik daripada orang-orang yang memahami arti respek kepada Anda, tuan Javier.


Dear, tuan Javier,

Di luar lapangan, aku juga tahu bila kehidupan pribadi Anda bersama Paula sangat tenang dan jauh dari gosip-gosip miring seperti yang lumrah terjadi pada pesepak bola masa kini. Anda juga terkenal sebagai figur yang punya kepedulian sosial tinggi. Keberadaan Fundación PUPI (Por Un Piberío Integrado) yang Anda dirikan bersama Paula untuk membantu anak-anak kurang berada dan memiliki keterbatasan di Argentina menjadi sebuah bukti nyata.

Melalui yayasan ini, Anda seakan mengajari kami semua bahwa kepedulian terhadap sesama adalah salah satu cara membuat hidup ini lebih bermakna. Yayasan ini seperti perwujudan bahwa Anda tak ingin jadi kacang yang lupa kulitnya. Masa lalu Anda yang cuma berasal dari kaum pekerja di area pelabuhan sudah menempa mentalitas dan karakter sejati dari seorang Javier Zanetti.

Aku harus jujur, sampai hari ini tak ada satupun pemain I Nerazzurri yang benar-benar kuidolakan. Sebab menurutku, tak ada satu pemain pun yang lebih besar dari Inter. Tapi Anda membawaku pada suatu dimensi berbeda tentang kekaguman akan dedikasi dan kesetiaan, tuan Javier. Suatu hal yang tak mungkin bisa kupelajari dari Zlatan Ibrahimovic!

Di saat Anda didapuk sebagai wakil presiden Inter per tahun 2014 silam, akupun tak ragu untuk mengamini keputusan tersebut. Anda layak untuk berada di sana agar senantiasa dekat dengan klub yang Anda cintai layaknya keluarga ini. Apalagi selama menjabat hingga detik ini, Anda juga tak menunjukkan gelagat negatif yang menimbulkan kekisruhan.

Dengan segala profesionalisme, loyalitas, kesederhanaan dan kepedulian yang Anda tunjukkan selama ini, rasanya tidak salah bukan untuk menjadikan Anda sebagai suri tauladan?

Anda merupakan legenda dan juga simbol sejati bagi Interisti yang tak sempat menyaksikan bagaimana Giacinto Facchetti dan Sandro Mazzola maupun Giuseppe Bergomi memperlihatkan loyalitas serta totalitas mereka bagi I Nerazzurri.

Dan pada hari ini, 10 Agustus, izinkan saya mewakili seluruh Interisti dan mereka yang menaruh hormat kepada Anda untuk mengucapkan sesuatu bagi Anda yang kami kagumi dengan segenap hati.

Selamat ulang tahun, tuan Javier. Semoga panjang umur dan sehat selalu.

#ForzaInterPerSempre

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional

source: http://football-tribe.com/indonesia/2017/08/10/surat-cinta-javier-zanetti/


Pedulla: Schick memilih Inter

Patrik Schick bisa segera menjadi pemain baru Inter pada pekan depan.

Minggu depan akan menjadi penentuan apakah Schick akhirnya bergabung bersama tim Inter. Pakar transfer market Alfredo Pedulla menulis pada kenyataannya "Schick telah memilih Inter, dia mengatakan "Yes" buat bergabung Inter." Sampdoria juga terbuka untuk melihat penawaran yang diajukan Inter setelah Schick dan Inter telah menemukan persetujuan. Dalam beberapa jam terakhir Schick juga menyatakan ketersediaanya untuk bergabung bersama Inter.

Siasat Kalem Inter Milan (Bursa Transfer)

Written By Japrax on Kamis, 10 Agustus 2017 | 18.24

Mercato Inter tidak seberisik tetangga sebelah, namun pramusim mereka terbilang memuaskan. Strategi diam-diam menghanyutkan dari Nerazzurri?

Milan Skriniar, Daniele Padelli, Borja Valero, Matias Vecino, Facundo Colidio, Dalbert Henrique dan segera menyusul Emre Mor. Semua sepakat  bahwa para rekrutan anyar Inter Milan tersebut bukanlah pemain yang memiliki nama beken. Total, termasuk menghitung biaya transfer Dalbert, Inter “hanya” menghabiskan kurang dari €80 juta di bursa transfer musim panas ini.

Pembelian tersebut sangat kontras dengan apa yang dilakukan oleh sang rival sekota, AC Milan, yang membikin heboh mercato. Ya, Milan sudah membelanjakan sekitar €200 juta untuk menghadirkan pemain top semacam Leonardo Bonucci, Lucas Biglia, hingga Andre Silva.

Padahal, kedua tim sama-sama dimodali oleh kekuatan uang dari Tiongkok: Milan disokong Rossoneri Sport Investment Lux dan Inter bersama Suning Group. Lantas apa yang membuat Inter berada di bawah radar dan tetap low profile? Jawabannya terletak pada kebijakan sang pelatih anyar, Luciano Spalletti.

Spalletti, yang dicomot dari AS Roma, merasa Inter sebetulnya sudah memiliki skuat yang mumpuni untuk bertarung di Serie A Italia musim depan. Ia juga merasa prihatin dengan kinerja pelatih-pelatih sebelumnya -- Roberto Mancini, Frank de Boer, Stefano Pioli -- yang kesulitan membawa Nerazzurri meraih prestasi.

“Banyak orang kini selalu berpikir mengapa Inter bisa puasa gelar sangat lama. Bagi saya, itu merupakan sebuah skandal. Kami harus bisa membawa Inter kembali ke sejarah yang selama ini dikenal. Saya meminta pada para pemain agar percaya pada saya, saya akan mendukung mereka 100 persen dalam situasi apa pun,” kata Spalletti ketika diperkenalkan sebagai allenatore Inter.

Yang dilakukan Spalletti sebetulnya sederhana, yakni membuat persaingan di Starting XI Inter semakin ketat. Kedatangan Skriniar, misalnya, akan membuat Jeison Murillo, Joao Miranda, dan Gary Medel was-was akan posisi reguler mereka sebagai bek sentral. Sementara kiper andalan Samir Handanovic memiliki pelapis sepadan dalam diri Padelli.

Hadirnya duo Fiorentina, Vecino dan Valero, membuat lini tengah Inter makin berisi sehingga memicu gelandang berbakat seperti Geoffrey Kondogbia dan Roberto Gagliardini untuk terus mematangkan diri jika tidak ingin tersingkir. Spalletti rasa-rasanya sudah tidak perlu mengejar Arturo Vidal (Bayern Munich) dan Radja Nainggolan (Roma), dua gelandang top yang dikaitkan dengan Inter.

Di lini depan, kembalinya Stevan Jovetic dari Sevilla, Ivan Perisic dan Antonio Candreva yang hampir pasti bertahan, bersinarnya Eder di pramusim, hingga keberadaan bomber muda Andrea Pinamonti, Gabriel Barbosa, dan Facundo Colidio – semuanya ini akan membuat Mauro Icardi mendapat sokongan yang amat menjanjikan. Pada akhirnya, Inter juga akan melupakan target idaman mereka, Angel Di Maria (PSG).  

Kedalaman skuat seperti ini sudah pasti akan membuat Spalletti percaya diri untuk bersaing dengan Juventus, Napoli, Roma, Milan dalam memperebutkan Scudetto. Terlebih, Inter di musim ini juga bisa fokus sepenuhnya bertarung di Serie A lantaran tidak disibukkan dengan kompetisi Eropa.

Selain itu, Inter mampu melakoni pramusim dengan memuaskan. Nerazzurri tercatat hanya menelan sekali kekalahan, sekali imbang, dan sisanya berakhir dengan kemenangan, termasuk menjuarai International Champions Cup edisi Singapura dengan mengalahkan Chelsea dan Bayern Munich. Terbaru, mereka sukses melumat Villarreal 3-1 dan sepertinya tidak akan kesulitan untuk mengatasi Real Betis di laga terakhir pramusim, Sabtu (12/8) esok.

Sekilas, Inter tampak menunjukkan progres positif meski kalem di lantai bursa. Yang harus diingat, ujian sesungguhnya belum dimulai. Spalletti sepertinya harus tancap gas sejak awal musim lantaran Inter bakal langsung menghadapi Fiorentina dan Roma di dua giornata pembuka Serie A 2017/18.

source: https://www.fourfourtwo.com/id/news/siasat-kalem-inter-milan

KISAH RONALDO SI FENOMENAL DI INTER MILAN

Written By Japrax on Selasa, 21 Maret 2017 | 21.04

Ada jutaan alasan mengapa Ronaldo Luis Nazario de Lima memiliki julukan sebagai "The Phenomenon". Bukan cuma kemampuannya yang fenomenal, cerita hidupnya juga. Kalau tidak bermain bola, mungkin ia hanya akan menjadi abang-abang pengangguran yang kerjanya cuma nongkrong di gang-gang sempit di kawasan permukiman Rio de Janiero.

Sebagaimana plot sebuah film, cerita hidup Ronaldo juga terbagi menjadi tiga babak: klimaks 1 - anti-klimaks - klimaks 2. Apabila merunut kariernya di level klub, membela Real Madrid bisa disebut sebagai puncak karier sepakbolanya. Ia meraih dua gelar liga atau yang terbanyak ketimbang saat membela kesebelasan lain. Apalagi, ia melakukannya setelah memenangi Piala Dunia 2002 dan menjadi bintang di sana.

Meskipun begitu, Real Madrid sekalipun tak akan bisa menghapus peran Inter Milan dalam karier sepakbola Ronaldo; mesi ia cuma meraih satu gelar Piala UEFA bersama Inter. Hanya satu gelar itu. Namun, di Inter-lah agaknya Ronaldo benar-benar merasakan apa yang namanya hidup.

Ronaldo punya kombinasi dari kecepatan dan kekuatan. Ia mampu melewati bek lawan dengan kemampuan teknis yang dipadukan dengan kecepatan. Saat menjaga bola, ia pun tak mudah jatuh karena postur tubuhnya yang menunjang.

Keluar Sekolah

Ronaldo adalah bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Nelio Nazario de Lima dan Sonia dos Santos. Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan telepon negara, Telerj. Saat melahirkan anak pertama, Sonia berhenti bekerja.

Saat usianya 11 tahun, Nelio dan Sonia bercerai. Sepakbola pun dijadikan Ronaldo sebagai pelampiasan. Ia lebih banyak meninggalkan kelas dan memilih bermain bola. Hal ini yang membuat Ronaldo tidak melanjutkan sekolahnya demi mengejar impiannya sebagai pesepakbola.

"Aku tak bisa menerima kenyataan kalau anakku cuma bermain bola. Masa depan seperti apa yang ia harapkan?" kata Sonia kala itu. "Aku selalu menemukannya bermain bola di jalanan dengan teman-temannya saat seharusnya ia belajar di sekolah. Aku tahu, aku sudah kalah dalam pertempuran."

Keputusan Ronaldo untuk meninggalkan sekolah memang tidak salah. Ia menjadi primadona di lini serang di tiap kesebelasan yang ia bela. Pernah suatu ketika ia mencetak 11 gol dari 12 gol yang dicetak oleh timnya.

Salah satu keinginan pesepakbola manapun biasanya membela kesebelasan asal daerahnya. Pun dengan Ronaldo yang ingin bermain untuk Flamengo. Terlebih idolanya, Zico, juga bermain untuk Flamengo di era 1980-an.

Ronaldo sempat mencoba berlatih di tim Flamengo Junior. Ia bermain sebaik mungkin agar bisa mendapatkan tempat di tim reguler. Namun, ketidakmampuannya membayar tiket bus, membuatnya mengurungkan niat bergabung dengan Flamengo.

Di usia 12 tahun, kepindahannya ke Sao Cristovao, menjadi salah satu momen penting dalam hidupnya. Pasalnya, di sana-lah ia bertemu dengan Reinaldo Pitta dan Alexandre Martins, agennya di masa depan. Karena pertemuan itu pula-lah, Ronaldo bisa bermain di kesebelasan profesional, Cruzeiro.

"Kami langsung melihat kalau dia bisa menjadi seseorang yang berbeda ketimbang pemain lain," sebut Pitta.

Ronaldo mampu membawa Cruzeiro meraih gelar juara Liga Brasil pada 1993. Padahal, usianya kala itu masih 17 tahun. Semusim berselang, namanya sudah tercantum dalam skuat Brasil yang menjuarai Piala Dunia 1994. Memang, ia tak menjadi pemain inti, tapi momen tersebut memberinya pengalaman untuk bagaimana kembali meraih trofi paling bergengsi di dunia itu.

Setelah Piala Dunia 1994, Ronaldo memutuskan untuk hijrah ke PSV yang menjadi kesebelasan pertamanya di Eropa. Dua tahun di PSV dengan catatan hampir 1 gol tiap pertandingan, Ronaldo pun hijrah ke Barcelona. Namun, hanya semusim ia berada di Nou Camp, untuk kemudian pindah ke Inter Milan dengan status sebagai pemain termahal di dunia.

Di setiap kesebelasan, Ronaldo selalu mendapatkan rasa hormat dari penggemar dan media. Ia juga berusaha untuk memelajari bahasa setempat seperti Belanda, Spanyol, dan Italia.

"Kini, kalau Anda ke tempat latihan dan meminta wawancara, dia akan menjawabnya dengan bahasa Italia," ujar Lucca Valdisseri wakil editor olahraga Corriere Della Sera.

Bersama Inter Milan dan Piala Dunia 1998

Di Inter Milan, Ronaldo jelas menjadi harapan semua penggemar. Ronaldo diharapkan menjadi penuntas dahaga Inter yang puasa gelar Serie A selama delapan tahun.

Di musim pertamanya di Italia, Ronaldo langsung beradaptasi. Ia bisa mencetak 25 gol atau yang terbanyak kedua kala itu. Ronaldo bukan cuma jadi pujaan publik Giuseppe Meazza, tapi juga buat pelatih Inter, Luigi Simoni. Ronaldo yang masih berusia 20 tahun, diplot sebagai penyerang utama Inter. Ia juga menjadi penendang utama penalti dan tendangan bebas.

Setelah musim pertamanya usai, Ronaldo pun dipanggil pelatih Mario Zagallo sebagai penyerang utama Selecao untuk Piala Dunia 1998 yang dihelat di Prancis. Media menyebutnya akan bersinar di turnamen empat tahunan tersebut.

"Pada 1998, tidak ada yang sebertalenta Ronaldo yang secara gaib menggabungkan kekuatan, kecepatan, dan kemampuan yang diinginkan semua anak;di usia 21, harapan dan mimpi sebuah negara bersandar di pundaknya," tulis Jacob Steinberg dari The Guardian.

Nubuat ini hampir menjadi kenyataan karena hingga babak semifinal, Ronaldo sudah mencetak empat gol. Lalu, tibalah momen yang masih belum terjawab hingga saat ini.

72 menit jelang pertandingan final, kertas susunan pemain mulai disebarkan. Perwakilan dari FIFA lantas terkejut karena yang muncul justru nama "Edmundo" bukan "Ronaldo".

Yang terkejut bukan cuma perwakilan FIFA, tapi juga rekan-rekan Ronaldo lain. Zagallo memang sempat memberi motivasi kalau mereka bisa seperti Brasil yang memenangi Piala Dunia 1962 tanpa Pele. Bagaimanapun motivasi ini tak bisa dibilang berhasil karena Brasil kehilangan tumpuan mereka di lini depan: si jimat yang justru terbaring karena entah penyakit apa.

Tak masuknya Ronaldo ke dalam susunan pemain, membuat suasana riuh di ruang jurnalis. Pada anggapan awal, mereka menganggap Ronaldo mengalami cedera engkel, tapi jelas tak semua percaya.

Pada akhirnya kita semua tahu. Gelar yang ada di depan mata pun hilang. Tiga gol Prancis membuat Brasil merana. Mereka kembali dengan tangan hampa. Yang jelas, Ronaldo pun menjadi sorotan. Malah tidak sedikit yang menjadikannya sebagai biang kekalahan Brasil di final Piala Dunia 1998.

Memutari Kiper

Salah satu momen yang diingat dari Ronaldo adalah caranya mencetak gol yakni dengan memutari kiper. Momen tersebut bukan sekadar unik, tetapi sekaligus menjadi pertunjukkan kehebatan seorang Ronaldo. Ia bergerak dari tengah lapangan, mencari ruang, berhadapan dengan kiper, lalu melewatinya sebelum melepaskan tendangan ke gawang.

Salah satu alasan mengapa ia bisa begitu sering melewati kiper adalah karena ketepatannya mencari momentum dan kerja samanya dengan pengumpan. Ronaldo biasanya menerima umpan terobosan di belakang bek lawan sehingga ia bisa langsung berhadapan kiper dan melewatinya.

Hal seperti ini jelas memerlukan kepintaran tersendiri dari seorang penyerang. Ia harus tahu kapan momentum yang pas untuk berlari dan meminta bola. Ia juga harus memiliki keyakinan dalam diri si pengumpan untuk percaya memberi umpan kepadanya.

Salah satu yang terbaik adalah saat menghadapi Lazio di Stadio Olimpico pada musim 1997/1998. Ronaldo kala itu tinggal berhadapan dengan kiper Luca Marchegiani. Sebelum melewatinya, Ronaldo terlebih dahulu melakukan step over untuk mengelabui sang kiper, untuk kemudian melesakkan bola ke gawang.

***

Fase di Inter Milan bagaikan sebuah plot film bagi Ronaldo. Ia datang sebagai pemain termahal di dunia. Di musim pertamanya, ia sudah beradaptasi dengan sepakbola Italia dan menjadi pencetak gol kedua terbanyak di liga.

Di tahun yang sama, ia menjadi pesakitan. Ia berada di titik terendah dalam karier hidupnya setelah gagal membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 1998.

Kariernya di Inter Milan diakhiri dengan mengangkat Piala Dunia 2002. Ia melengkapinya dengan catatan sebagai pencetak gol terbanyak; dua golnya pula yang menjebol gawang Oliver Khan di babak kedua.

Sumber:  http://supersoccer.tv/news/kisah-ronaldo-si-fenomenal-di-inter-milan

Upaya Suning Menepati Janji

Written By Japrax on Minggu, 12 Maret 2017 | 19.07

Selama kurang lebih satu windu terakhir, pergolakan ekonomi dunia memunculkan Cina sebagai salah satu negara dengan kekuatan ekonomi yang paling baik dan stabil. Maka tak perlu heran apabila akhir-akhir ini banyak sekali pengusaha asal Cina yang berekspansi ke penjuru dunia.

Ada banyak industri yang disasar sebagai ladang bisnis baru, mulai dari manufaktur, perhotelan, farmasi sampai cabang olahraga yang bernama sepak bola. Perkembangan industri sepak bola yang dari hari ke hari semakin memikat tentu saja menarik minat banyak kalangan untuk terjun di dalamnya, termasuk para pengusaha asal Cina. Maka Eropa yang jadi kiblat sepak bola dunia pun mulai jadi tujuan mereka dalam berbisnis.

Dalam beberapa tahun terakhir, para pencinta sepak bola sudah pasti mendengar proses pengambilalihan saham mayoritas atau bahkan penuh, dari para pengusaha asal Cina terhadap kesebelasan-kesebelasan di benua biru. RCD Espanyol di Spanyol, Aston Villa dan West Bromwich Albion di Inggris, Slavia Praha di Republik Ceska dan Internazionale Milano di Italia merupakan beberapa contoh klub yang saat ini dikuasai taipan-taipan asal negeri tirai bambu.

Terlebih nama klub yang disebut terakhir, kepemilikan mayoritas saham mereka telah berpindah tangan per Juni 2016 silam dari tangan pengusaha Indonesia, Erick Thohir, kepada Suning Group asal Cina yang dikomandoi Zhang Jindong. Mahar sejumlah 270 juta euro disetorkan Suning Group untuk mengakusisi saham sebesar 68.55%.

Terbilang cukup murah memang namun faktanya kewajiban Suning Group tak berhenti sampai itu saja. Usut punya usut, mereka juga diminta untuk melunasi utang-utang La Beneamata yang nilainya cukup besar, yang hampir kesemuanya “hadiah” dari pemilik sebelum Zhang dan Thohir, Massimo Moratti.

Meski menanggung beban tambahan, Suning Group tetap antusias atas keberhasilan mereka menguasai saham mayoritas Internazionale. Hal ini memang sesuai dengan visi Suning Group yang ingin menjadi salah satu aktor terdepan di bidang industri sepak bola pada masa yang akan datang.

Lebih jauh, Zhang Jindong juga menjanjikan sesuatu yang membuat Interisti, tifosi setia La Beneamata, merasa bahwa klub kesayangannya bakal lepas dari level semenjana yang melekat usai menggenggam gelar treble pada musim 2009/2010 kemarin.

“Kami akan membuat brand Inter semakin dikenal luas dan menjadi kesebelasan yang lebih tangguh. Bersama Suning Group, La Beneamata memiliki masa depan yang cerah. Klub ini akan jadi tempat para bintang bermukim dan bibit-bibit muda melesat”, tutur Zhang seperti dirilis dari ESPN.com.

Akan tetapi, mengubah situasi buruk yang tengah dialami sebuah klub sepak bola tentu bukan perkara mudah. Begitu pula yang dirasakan Suning Group pada awal masa “pemerintahannya”. Di awal musim 2016/2017, perjalanan Inter di Serie A maupun Liga Europa berjalan tidak mulus. Padahal klub sudah mengucurkan dana lumayan gemuk demi memboyong Cristian Ansaldi, Gabriel Barbosa, Antonio Candreva dan Joao Mario untuk memperkokoh skuat.

Ketidakmampuan Frank De Boer (FdB), sosok asal Belanda yang didapuk sebagai pelatih baru, dalam meracik strategi yang pas dengan tim dianggap sebagai salah satu biang keladi. Bersamanya, penampilan Inter memang sangat inkonsisten.

Pada satu pekan tertentu Inter tampak begitu menjanjikan, namun di pekan selanjutnya permainan Mauro Icardi dan kawan-kawan terlihat kacau balau. Alhasil, pelatih yang konon merupakan pilihan Thohir usai memecat Roberto Mancini itu juga dibebastugaskan setelah tumbang di tangan Sampdoria pada pekan ke-11 yang lalu.

Nama eks pembesut Bologna dan Lazio, Stefano Pioli, lantas diangkat sebagai allenatore La Beneamata yang baru. Tak seperti FdB, kabarnya Pioli adalah sosok pilihan Suning Group. Hasilnya, di tangan pelatih berusia 51 tahun itu Inter memang bisa tampil lebih baik dan konsisten.

Sejauh ini, di lima belas pertandingan Serie A bersama Pioli, Inter berhasil mencatatkan rekor menang-seri-kalah cukup apik yakni 11-1-3. Usai tercecer di luar sepuluh besar klasemen, La Beneamata pun kini dapat kembali bersaing memperebutkan tiket ke kompetisi antarklub Eropa musim mendatang.

Lebih jauh, Suning Group juga terus menggiatkan proses pencarian klien anyar yang bersedia melakukan kerjasama dengan klub sebagai sponsor. Dari informasi yang beredar, beberapa sponsor, khususnya dari wilayah Asia, memang telah menyepakati kerjasama dengan kubu La Beneamata. Inter sendiri disebut-sebut telah mengantongi pemasukan senilai 200 juta euro sejak dipegang Suning Group hingga saat ini.

Ambisi besar Suning Group untuk membangkitkan tim ini pun tampak dari keinginan mereka untuk memiliki stadion sendiri, entah dengan cara bertahan di stadion Giuseppe Meazza dan membelinya dari pemerintah kota atau mencari kawasan lain yang bisa digunakan membangun markas anyar.

Kabar terakhir menyebut bahwa manajemen Inter sedang mengevaluasi lahan bekas industri di kawasan Sesto San Giovanni, timur laut kota Milano, untuk mendirikan sebuah stadion baru. Opsi ini ditempuh andai AC Milan, rival sekota Inter, tak kunjung menentukan sikap bakal membangun stadion baru milik mereka sendiri atau tetap bertahan di stadion Giuseppe Meazza. Kebutuhan akan stadion pribadi memang jadi hal mutlak yang harus diwujudkan demi keberlangsungan La Beneamata (dan mayoritas klub-klub Liga Italia) di masa yang akan datang.

Agar pengelolaan tim bisa berjalan dengan lebih baik dan terkontrol, Zhang pun mengutus sang putra, Steven Zhang, guna menetap di Italia supaya lebih dekat dengan pihak manajemen maupun skuat. Keberadaan Steven, serta beberapa orang kepercayaan Zhang di tubuh manajemen Inter, sejauh ini memang cukup menunjukkan perkembangan positif.

Kenyataan ini seharusnya bisa membuat hati Interisti lebih tenang karena ada banyak perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Bahkan jika Pioli gagal mengantar Inter berlaga di Liga Champions musim depan.

Sebab realita yang ada memang menunjukkan bahwa alasan La Beneamata terseok-seok adalah performa buruk mereka di awal musim yang jelas bukan kesalahan sang pelatih berkepala plontos tersebut. Pioli jelas membutuhkan tambahan sumber daya, dalam hal ini pemain, untuk membangun fondasi tim yang lebih tangguh seperti keinginan Zhang.

Mereka juga sepatutnya gembira karena sang taipan asal Cina itu menunjukkan keberaniannya menggelontorkan dana masif guna merekrut pemain-pemain berkualitas dan muda usia, sesuatu yang bakal bermanfaat bagi Inter tak hanya saat ini tapi juga di masa depan.

Interisti patut berdoa manajemen tak membuat blunder apapun dalam menjalankan roda bisnisnya yang baru ini. Karena cukup banyak juga kita dapati kasus kegagalan manajemen yang dilakukan oleh para pemilik anyar suatu klub sehingga kondisi tim itu justru berantakan dan berujung kekecewaan yang mendalam.

Bila hal tersebut terlaksana, meski belum bisa memetik hasilnya secara maksimal di musim ini, setidaknya Interisti boleh berharap jika upaya Suning Group merestorasi tim ini dan menepati janjinya bakal menampakkan buahnya mulai musim depan.

#NonMollareMai

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional.

Sumber: http://football-tribe.com/indonesia/2017/03/12/upaya-suning-menepati-janji/

Highlights Pertandingan INTER 2-0 Napoli | Serie A matchday 33, 17 April 2016

Written By Japrax on Minggu, 17 April 2016 | 09.39

Highlights Pertandingan INTER 2-0 Napoli | Serie A matchday 33, 17 April 2016


Gagal Temukan Solusi Stadion, Duo Milan Merugi €20 Juta

Written By Japrax on Rabu, 16 Maret 2016 | 22.50

Gagal Temukan Solusi Stadion, Duo Milan Merugi €20 Juta

 
Goal.com- Ancaman kerugian hingga €20 juta menghantui Internazionale dan AC Milan apabila mereka tak jua menemukan solusi terkait isu stadion yang ditempati bersama.
 
Seperti diketahui, Nerazzurri dan Rossoneri selama ini berbagi markas di Stadio Giuseppe Meazza atau yang dikenal juga dengan San Siro.

Milan sempat menggagas rencana untuk hijrah dari venue tersebut guna membangun kandang sendiri di distrik Portello, namun presiden klub Silvio Berlusconi membatalkannya akibat ongkos pembiayaan yang membubung tinggi.

Ini memaksa kedua kubu mencari solusi untuk memaksimalkan pemasukan dari San Siro. Jika tak ditemukan, sebagaimana dikemukakan presiden Inter Erick Thohir, kedua kubu akan merugi.

"Stadion penting untuk kami," ujar pengusaha asal Indonesia ini dalam konferensi pers untuk mengumumkan perpanjangan kontrak sponsorship dengan Pirelli.

Krusialnya Laga Melawan AS Roma Bagi Javier Zanetti

Krusialnya Laga Melawan AS Roma Bagi Javier Zanetti

 
Goal.com- Inter harus bisa meraih kemenangan di kandang AS Roma jika ingin bisa membuka kans masuk ke zona Champions untuk musim depan.
 
Wakil presiden Internazionale Javier Zanetti menekankan pentingnya laga melawan AS Roma di akhir minggu ini bagi timnya.


Baginya, apa pun hasil yang dipetik Inter di laga tersebut bisa mempengaruhi kans untuk mewujudkan target mereka di awal musim, yaitu bisa tampil di Liga Champions.

"Kami tahu mereka sudah bermain dengan sangat baik," kata Zanetti kepada Inter Channel, Selasa (15/3).
"Tapi kami bermain di sana dengan kesadaran bahwa laga ini merupakan laga yang sangat penting, dengan kemenangan di sana bisa membuka kembali persaingan dan kans menuju posisi tiga," tandasnya.

Inter saat ini tertinggal lima angka dari AS Roma, yang untuk sementara ini menempati peringkat tiga klasemen sementara Serie A.

Mauro Icardi Absen Kontra AS Roma

Mauro Icardi Absen Kontra AS Roma
 
Goal.com - Penyerang Internazionale ini mengalami cedera lutut kanan dan diprediksi dalam laga kontra AS Roma.
 

Internazionale mendapatkan kabar buruk jelang laga krusial melawan AS Roma di akhir pekan. Menurut kabar, Mauro Icardi bakal absen karena cedera lutut dan ini memperpanjang daftar cedera penyerang yang dimiliki Roberto Mancini.

Icardi mendapatkan cedera itu setelah Nerazzurri menang 2-1 atas Bologna akhir pekan lalu. Walau sempat mengatakan dirinya baik-baik saja lewat akun Twitter, ternyata kondisi sang penyerang tidak sebaik harapannya.

Menurut La Gazzetta dello Sport, kecil kemungkinan Icardi bakal pulih tepat waktu ketika menghadapi Roma. Namun masih akan dilakukan pemeriksaan MRI lebih lanjut untuk memastikan kondisi sang penyerang.

Stevan Jovetic juga masih belum berada dalam kondisi terbaik. Ia sudah pulih dari cedera, tetapi belum ikut berlatih bersama skuat utama. Penyerang Montenegro itu berpeluang turun bermain walau hanya dari bangku cadangan.

Ini tentu jadi masalah bagi Roberto Mancini yang mengincar posisi tiga besar di Serie A Italia. Saat ini, Nerazzurri berada di peringkat lima dengan koleksi 54 poin, tertinggal lima poin dari Roma yang ada di tempat ketiga.

Mancini Akan Tetap Melatih Inter Musim Depan?

Written By Japrax on Rabu, 09 Maret 2016 | 00.12

Mancini Akan Tetap Melatih Inter Musim Depan  
Getty Images/Gabriele Maltinti
 
detik.com Florence - Roberto Mancini menepis rumor yang menyebut dirinya akan meninggalkan Inter Milan dalam waktu dekat. Mancini mengaku masih akan menjadi pelatih Inter pada musim depan.

"Saya adalah pelatih Nerazzurri dan saya akan jadi pelatih Nerazzurri musim depan. Setelahnya, kita lihat saja," ujar Mancini yang dikutip Football Italia.

Mancini kembali ke Inter pada November 2014 lalu untuk menggantikan Walter Mazzarri. Musim lalu, dia mengantarkan timnya finis di posisi kedelapan klasemen akhir Serie A.

Pada musim ini, Inter sempat memuncaki klasemen hingga awal Januari. Namun, mereka kemudian melorot dan sekarang menempati posisi kelima. Penurunan tersebut membuat masa depan Mancini mulai dispekulasikan.

"Kami memuncaki klasemen dalam waktu yang lama, tapi kemudian kami melalui masa-masa sulit dengan hasil-hasil yang buruk. Namun, kami selalu termasuk tim top. Kami ada di lima besar," tutur Mancini.

"Kami harus yakin kepada diri kami sendiri dan kita lihat saja di mana posisi kami pada akhir musim. Dua laga terakhir bagus, saya benar-benar berharap kami melewati masa-masa sulit," tambahnya.

Inter saat ini berjarak 13 poin dari Juventus yang memimpin klasemen dan lima poin dari AS Roma yang berada di posisi ketiga atau batas bawah untuk lolos ke Liga Champions.

"Posisi ketiga? Setiap laga akan menentukan, tapi masih ada kesempatan untuk mencapai target ini dan kami harus yakin," ujar Mancini.

"Masih ada 30 poin yang bisa diraih. Apapun bisa terjadi," katanya.

Kalau Inter Bisa Pertahankan Performa, Ljajic Yakin Finis Tiga Besar

Kalau Inter Bisa Pertahankan Performa, Ljajic Yakin Finis Tiga Besar
Foto: Getty Images Sport/Tullio M. Puglia

detik.com Milan - Inter Milan tengah inkonsisten belakangan ini. Jika mampu menjaga performa saat mengalahkan Palermo, Adem Ljajic yakin target tiga besar bisa diselamatkan.

Sejak pergantian tahun, Inter menjalani periode sulit. Di Serie A, mereka sempat cuma menang tiga kali dalam 10 pertandingan dan menelan empat kekalahan.

Hasil-hasil itulah yang membuat mereka terdepak dari puncak klasemen dan kini berada di peringkat lima.

Nerazzurri berhasil memetik kemenangan 3-1 kala menjamu Palermo, Senin (7/3/2016) dinihari WIB tadi, yang merupakan laga ke-11 mereka di liga sejak tahun baru. Adem Ljajic, Mauro Icardi, dan Ivan Perisic bergantian mencetak gol, dengan balasan Palermo dicetak oleh Franco Vazquez.

Hasil itu setidaknya menjaga jarak Inter dengan tiga besar. Mengumpulkan nilai 51 dari 28 pekan di tangga kelima, mereka berjarak lima angka dari AS Roma di posisi tiga. Sementara dengan Fiorentina di posisi empat, mereka tertinggal cuma dua poin.

Ljajic berharap momentum kemenangan atas Palermo bisa dipertahankan Inter di sisa musim. Jika mampu, dia optimistis bakal finis tiga besar.

"Sulit untuk mengatakan bagaimana persaingannya akan tuntas di titik ini. Saya tahu Roma dengan sangat baik, mereka punya sejumlah talenta individu yang luar biasa dan di awal musim mereka dimasukkan sebagai salah satu favorit peraih titel," kata Ljajic yang merupakan pemain pinjaman dari Roma.

"Tapi juga masih ada Fiorentina, yang memainkan sepakbola bagus. Kami ada di persaingan dan kalau kami terus bermain seperti ini, kami bisa meraih target kami," tambahnya seperti dilansir situs resmi klub.(raw/krs)

Inter Milan Restui Brozovic ke Premier League

Inter Milan Restui Brozovic ke Premier League
Marcelo Brozovic © FC Internazionale

Bola.net - Tak ingin menumpuk banyak pemain dengan posisi yang sama, Inter Milan dikabarkan siap melepas salah satu gelandang andalan mereka musim ini, Marcelo Brozovic.

Hanya saja, hal tersebut baru akan terlaksana jika mereka sukses mendatangkan salah satu dari Ever Banega, Roberto Soriano atau Oguzhan Ozyakup.

Tiga nama tersebut sejatinya sudah menjadi buruan Inter Milan sejak bulan Januari yang lalu. Hanya saja, ancaman sanksi dari regulasi Financial Fair Play membuat skuad asuhan Roberto Mancini untuk memboyong tiga pemain yang berposisi gelandang tersebut.

Dikutip dari Tuttosport, Inter akan melepas Brozo ke salah satu klub Premier League yang selama ini memang berminat kepadanya. Klub tersebut yakni, Manchester United, Arsenal dan Liverpool.

Namun, Inter tidak akan melepas gelandang Kroasia begitu saja. Klub milik Erick Thohir ini meminta mahar senilai 20 juta euro. (tut/asa)

Hajar Frosinone 4-0, Inter Puncaki Klasemen

Written By Japrax on Senin, 23 November 2015 | 06.34

Milan - Inter Milan merebut posisi puncak klasemen Serie A dari tangan Napoli. Nerazzurri memimpin klasemen usai membukukan kemenangan telak atas Frosinone dengan skor 4-0.

Dalam pertandingan di Giuseppe Meazza, Senin (23/11/2015) dinihari WIB, Inter membuka keunggulan di menit ke-29. Gol yang dibuat Jonathan BIabiany memberi Inter keunggulan 1-0 yang bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Inter kian tak terbendung. Tiga gol dibuat oleh Mauro Icardi, Jeison Murillo, dan Marcelo Brozovic untuk memberi Inter kemenangan 4-0.

Tambahan tiga poin dari laga ini mengantar Inter ke puncak klasemen Serie A dengan 30 poin dari 13 laga .Mereka menggeser Napoli yang sebelumnya ada di posisi teratas dengan 28 poin menyusul kemenangan atas Hellas Verona.

Sementara itu, Frosinone belum keluar dari zona degradasi. Mereka menempati posisi ke-18 dengan 11 poin dari 13 pertandingan.

Jalannya Pertandingan

Tim tamu menebar ancaman lebih dulu di menit ketujuh. Crossing dari Paolo Sammarco disambut dengan tendangan voli oleh Danilo Soddimo yang mampu melepaskan diri dari kawalan Yuto Nagatomo. Tapi Samir Handanovic melakukan penyelamatan dengan satu tangan untuk menghalau bola.

Inter gantian menciptakan lewat tendangan Adem Ljajic dari luar kotak penalti di menit ke-29. Tapi Nicola Leali bisa menepisnya. Namun bola muntah langsung disambar oleh Jonathan Biabiany untuk menjebol gawang Frosinone. Inter unggul 1-0 atas tim tamu.

Tertinggal satu gol, Frosinone bereaksi. Empat menit berselang, Mobido Diakite nyaris mencetak gol untuk Frosinone setelah memanfaatkan kemelut di kotak penalti Inter. Tapi tendangan saltonya masih melebar dari gawang Handanovic.

Memasuki babak kedua, Biabiany nyaris mencetak gol keduanya. Tapi penyelesaian akhirnya setelah melakukan kerja sama satu-dua dengan Icardi masih melambung di atas mistar gawang.

Inter akhirnya menggandakan keunggulan di menit ke-53. Umpan Ljajic dari sisi kiri dengan mudah dituntaskan Icardi yang ada di depan gawang.

Frosinone hampir mencetak gol untuk menipiskan ketertinggalan di menit ke-61. Tapi tendangan Nicolss Castillo memanfaatkan clearance yang buruk dari pemain belakang Inter masih bisa diblok oleh Jeison Murillo.

Murillo kemudian mencetak gol untuk membawa Inter menjauh tiga menit jelang laga usai. Memanfaatkan umpan tumit Stevan Jovetic, Murillo yang merangsek hingga ke kotak penalti melepaskan tembakan dengan kaki kanan untuk menjebol gawang Frosinone.

Gol Marcelo Brozovic di masa injury time melengkapi kemenangan Inter. Ljajic sekali lagi menjadi kreator dengan melepaskan assist yang langsung disambar Brozovic dengan tendangan kaki kanan dari dalam kotak penalti. Inter menutup laga dengan kemenangan 4-0.

Susunan Pemain

Inter: Handanovic; Nagatomo (Ranocchia 60), Miranda, Murillo, Telles; Melo, Kondogbia; Biabiany (Perisic 86), Jovetic, Ljajic; Icardi (Brozovic 88)

Frosinone: Leali; Rosi, Diakité, Blanchard, Crivello; Paganini (Carlini 83), Gori (Gucher 77), Sammarco, Soddimo; D Ciofani (Longo 77), Castillo


(nds/din)

Jangan Lupa Follow Us Interisti

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Inter Milan Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger