Headlines News :
Home » , » Biografi Javier Zanetti: Captain and Gentleman - Chapter Seven: Giacinto

Biografi Javier Zanetti: Captain and Gentleman - Chapter Seven: Giacinto

Written By Japrax on Selasa, 19 Maret 2013 | 10.00

CHAPTER SEVEN

GIACINTO

Interisti akan memberitahumu bahwa tidaklah cukup bermain selama bertahun-tahun untuk sebuah tim. Tidaklah cukup dengan mencium seragam seusai mencetak sebuah gol, tidaklah cukup hanya dengan menyampaikan kata-kata yang membuat penggemar begitu bahagia. Menjadi seorang penggemar adalah sebuah keyakinan. Saya kira ini lebih dari sekedar gaya hidup. Saya merasa dapat dengan cepat mencintai Inter, karena di dalam klub ini ada nilai dan ide-ide yang tidak dapat dijumpai di mana pun, dan saya sependapat.

Inter adalah klub yang berbeda. Inter tidaklah retoris. Inter selalu berjalan melawan arus, tidak pernah melibatkan diri dalam permainan kekuasaan yang bersifat licik. Inter adalah klub yang transparan, karena apa yang sedang terjadi selalu dapat dilihat tanpa perlu ditutup-tutupi, selama memang tidak ada hal yang bersifat rahasia. Saya mengerti hal-hal tersebut sejak pertama kali menginjakkan kaki di Appiano Gentile. Dan saya sungguh berterima kasih pada seorang guru yang telah menyadarkan saya : Giacinto Facchetti, kapten dari semua kapten, seorang teladan, sebuah symbol, segala sesuatu yang ada dalam dirinya adalah luar biasa.

Memiliki Giacinto sebagai pendamping, pembimbing, dan seorang teman adalah anugerah bagi saya. Dia mengajarkan pada saya apa arti mengenakan seragam Inter, dan bahwa menjadi Interista adalah sesuatu yang lebih dari sekedar menjadi seorang penggemar biasa; dia mengajarkan pada saya bahwa dalam sepakbola ya, hasil adalah sesuatu yang penting, namun ada nilai-nilai lain yang lebih penting daripada sekedar hasil : kesetiaan, permainan yang bersih, kejujuran, dan rasa menghormati terhadap pendukung maupun lawan. Karakter-karakter dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemain Inter, dan Giacinto, setiap hari selalu menyampaikannya pada kami, bahkan ketika semuanya seolah-olah sedang berbalik awah untuk melawan kami.

“Baik, cerdas, berani, tidak pernah memberikan reaksi yang berlebihan terhadap sesuatu. Sekali lagi, terima kasih telah membawa Inter pada kejayaan”. Kata-kata itulah yang disampaikan presiden Moratti untuk mengenang Giacinto setelah kematiannya. Hari yang begitu menyedihkan, 4 September 2006. Itu adalah hari di mana Inter kehilangan seorang pejuang dan pemimpin. Dan hari di mana seluruh dunia sepakbola, kehilangan sosok seorang lelaki yang tidak hanya luar biasa di tengah lapangan, namun juga dalam kesehariannya.

Nilai-nilai, semangat, dan dedikasi yang selama bertahun-tahun telah Giacinto berikan untuk membela Inter, bagaimanapun, akan selalu tinggal tetap. Bahkan hari ini, bagi semua Interisti, Giacinto akan selalu ada meskipun raganya sudah tidak lagi bersama kami. Bukan suatu kebetulan jika seusai meraih kemenangan, dedikasi pertama selalu diberikan untuk Giacinto. Bukan suatu kebetulan jika sampai saat ini masih diberikan satu penghargaan tersendiri untuk Giacinto. Bukan suatu kebetulan jika Giacinto dianggap sebagai contoh dan teladan untuk diikuti. Karena Giacinto telah dan akan selalu menjadi citra dari Inter.

Giacinto adalah seorang hombre vertical, seperti yang kami artikan di Argentina, yaitu seorang lelaki perkasa yang selalu menyerukan sikap saling menghormati dan menghargai. Seseorang yang enggan membuang waktunya dengan mengeluarkan terlalu banyak kata-kata, dan enggan untuk terlalu banyak disorot. Seorang lelaki pemberani, jujur, dan tulus. Seseorang yang tidak pernah menundukkan kepalanya di depan para penguasa, karena menghargai dan menaati setiap peraturan yang ada adalah cukup baginya; hal yang dia pelajari semenjak kecil. Giacinto memiliki sebuah buku harian, dan pada halaman pertama dia menulis satu kalimat dari Tolstoy : “The more we believe our existence depends solely on our actions, the more this becomes possible.”

Saya merasa bangga mengenakan ban kapten Inter, khususnya ketika tahu bahwa ban yang sama pernah dipakai oleh seseorang seperti Giacinto. Kepuasan terbesar ketika saya dapat menjadi penerus Giacinto. Tidak ada pujian lebih tinggi yang layak diberikan pada saya. Menjadi penerus Facchetti berarti bukan sekedar menampilkan sosoknya di dalam lapangan, namun juga ketika di luar lapangan, menunjukkan bahwa karir seorang pesepakbola tidak hanya diukur dari banyaknya trofi, namun di atas semuanya adalah kejujuran, kegigihan, dan karisma.

Sebuah hubungan yang erat terjalin dengan cepat di antara kami. Kami dapat saling mengerti satu dengan yang lain. Giacinto sering bercerita pada saya mengenai pertandingan antara Inter dan Independiente pada tahun 1960an. Dia telah turun bermain ke lapangan. “Sungguh pertandingan yang luar biasa, khususnya ketika berkunjung ke Argentina.” katanya mengenang situasi panas di Doble Visera. Saat itu adalah tahun-tahun di mana kamera belum memonopoli lapangan hijau, ketika hampir semua hal diperbolehkan untuk menghentikan lawan. Dan pada saat itu, pemain Argentina terkenal dengan karakternya yang sedikit kasar, begitu juga dengan ucapannya. Penggemar pun tidaklah lebih baik : melempar jeruk ke lapangan, menghina, mengancam. Saya lalu tersadar dan mengerti Inter yang sesungguhnya, khususnya apa arti menjadi Interisti : lambang, sejarah, kebanggaan, namun lebih dari semua itu adalah rasa memiliki, cinta, dan gairah yang besar.

Selama bertahun-tahun, Giacinto adalah pemberi semangat bagi semua pemain Inter. Dia selalu memberikan motivasi dan kata-kata yang baik pada setiap orang, dia mengerti cara memecahkan situasi yang sulit dan bagaimana memacu semangat seseorang untuk selalu dapat memberikan lebih. Dia selalu berada di samping setiap pemain, membantu kami dalam segala keadaan; Giacinto mengajarkan pada kami untuk tidak menyerah dalam masa-masa sulit dan tidak menjadi besar kepala ketika segala sesuatu berjalan baik.

Berita mengenai sakit yang diderita Giacinto adalah sebuah pukulan besar, seperti sambaran petir dari langit yang biru. Berita itu muncul ketika Inter sedang memulihkan kondisi, di mana pada tahun-tahun sebelumnya, Inter seperti tersisih. Giacinto menjalani bulan-bulan terakhir kehidupannya tetap dengan kerendahan hati. Dia meminta untuk dibiarkan tinggal dalam ketenangan, dia tidak ingin berita mengenai sakitnya digembar-gemborkan oleh surat kabar dan televisi. Saya menengok Giacinto berkali-kali ke rumah sakit, berharap akan ada sebuah keajaiban. Semua orang, mulai dari para pemain sampai penjaga gudang berkumpul menemaninya. Pada saat itu, yang ada di pikiran kami adalah bagaimana caranya melakukan sesuatu untuk Giacinto. Kesempatan itu akhirnya tiba pada 27 Agustus 2006, ketika ajang Piala Super Italia melawan Roma. Penyakit boleh saja menggerogoti Giacinto, namun sampai akhir dia tetao memberikan waktunya untuk Inter. Satu hari sebelum pertandingan itu, saya pergi menemuinya di rumah sakit dan berjanji : “Giacinto, aku berjanji bahwa besok aku akan kembali dengan membawa trofi”. Saya memegang kata-kata saya sendiri. Tantangan melawan Roma bukanlah hal yang mudah; sesuatu yang ajaib terjadi selama 120 menit pertandingan. Kami tertinggal 3-0, kemudian di babak kedua, semuanya berubah. Kami mengubah diri kami, kami menjadi tim yang solid, dan berjuang untuk setiap kesempatan. Dua gol Vieira dan Crespo membawa kami untuk menyamakan kedudukan menjadi 3-3, kemudian pada perpanjangan waktu Figo mengunci kemenangan dan memberi kami trofi itu. Saya tidak dapat menjelaskan dengan pasti bagaimana hal aneh itu bisa terjadi setelah babak pertama yang begitu buruk : yang saya tahu adalah setiap pemain di lapangan malam itu bermain tidak hanya demi memenangkan trofi, tapi juga untuk membawa trofi tersebut pada Giacinto.

Hari berikutnya, saya pergi ke rumah sakit dengan membawa trofi. “Ini untukmu”, kata saya. Giacinto tersenyum dengan sisa kekuatan yang masih ada padanya. Senyum itu tidak akan pernah saya lupakan. Senyum itu masih menerangi dan tinggal bersama saya, selalu dan  di manapun.

* * *
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jangan Lupa Follow Us Interisti

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Inter Milan Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger