Headlines News :
Home » » Inter Milan Bicara Scudetto? Siapa Takut!

Inter Milan Bicara Scudetto? Siapa Takut!

Written By Japrax on Senin, 16 Januari 2012 | 22.30

Inter celebrating (Getty Images)

Merangkak secara perlahan, Inter mulai kembali menunjukkan tajinya. Setelah di awal-awal musim ini Nerazzurri bak "kehabisan bensin", kini armada Claudio Ranieri laksana tim yang tengah "lapar" akan kemenangan.

Yah, dari enam bentrokan terakhir, Inter mencatatkan 100 persen kemenangan. Dan yang paling teraktual, AC Milan menjadi korban kebangkitan Javier Zanetti dkk dalam laga bertajuk Derby Della Madonnina, Senin (16/1) dinihari WIB, di mana Inter meraih kemenangan hemat 1-0 berkat satu-satunya gol sang pahlawan, Diego Milito. Raihan tiga poin itu menjadikan Inter sekarang hanya terpaut lima poin dari Rossoneri dan enam poin dari sang pemuncak, Juventus, dengan menempati posisi kelima.



“Itu memberikan kami tiga poin berharga melawan tim yang sebelumnya menempati pucuk klasemen, sebuah tim kuat, dan ini adalah derby, jadi kami merasa senang untuk diri sendiri dan bahkan lebih senang lagi untuk fans kami. Sekarang kami berada di posisi seperti ini, tapi kami mesti terus bekerja keras dan terus memenangi laga. Masih ada separuh musim lagi untuk dimainkan. Setelah memenangi derby Anda merasa lebih termotivasi lagi dan ini adalah pendongkrak kepercayaan diri yang masif,” ujar Il Capitano Zanetti sesudah laga Derby Milano.

"Malam ini menjadi pembuktian, kami lebih baik. Pada awalnya kami terlalu mudah kehilangan bola namun secara keseluruhan tim ini tetap tampil baik. Jelas, Inter telah mengalami perubahan positif. Kemenangan ini pantas kami raih. Saya tidak akan pernah melupakan derby Milan perdana karena Inter menang. Saya berbahagia bagi tim, presiden dan Interisti yang dipastikan bakal menikmati pekan ini," timpal Ranieri.

 
Selebrasi yang dilakukan Inter usai membungkam AC Milan 1-0.

Well, jika berbicara prediksi awal, banyak kalangan yang menilai era keemasan Inter agaknya sudah cukup sulit untuk dikobarkan kembali, mengingat tim-tim rival mereka, setidaknya, dalam dua musim terakhir telah mempersenjatai kekuatan mereka hingga memiliki skuad yang sangat kompetitif. Manuver Juventus di bursa transfer misalnya, mendaratkan Antonio Conte sebagai pelatih baru mereka serta datangnya sejumlah nama anyar yang salah satunya adalah gelandang elegan Andrea Pirlo, benar-benar membuat dominasi Bianconerri di musim ini terlihat kental.

Semusim ke belakang bisa menjadi acuan betapa Milan juga bergerak di pasar transfer dengan jitu. Masuknya pelatih anyar Max Allegri serta perekrutan Zlatan Ibrahimovic, Robinho dan Kevin-Prince Boateng seakan membuktikan kalau Scudetto 2010/11 yang mereka persembahkan bagi Milan adalah wujud ketepatan klub dalam berbelanja. Sedangkan Inter, setidaknya dalam dua musim terakhir, kebijakan transfer mereka disebut-sebut carut marut. Mulai dari rezim Rafael Benitez, keluarnya sang superstar Samuel Eto'o dengan pengganti pemain seperti Mauro Zarate dan Diego Forlan, lalu mengalami fase transisi dengan bongkar pasang pelatih, seolah mempertebal sinyal jika Inter mulai panik tatkala hegemoni mereka terlampaui oleh duo rival mereka tersebut. Imbasnya, zona degradasi sempat dirasakan La Beneamata di permulaan musim 2011/12 ini. Padahal sebelum mengalami periode sulit ini, Inter begitu gagah perkasa dengan menyandang treble winners di bawah kepelatihan Jose Mourinho.

CLAUDIO RANIERI, FORMASI & THIAGO MOTTA FAKTOR PEMBEDA INTER



Claudio Ranieri







Usia:60
Pertandingan:21 kali
Rekor:M:13 I:2 K:5












Thiago Motta





Usia:29
Penampilan:10 kali
Gol3
Kartu:
3 0



Sampai pada akhirnya mencuatlah secercah harapan ketika masuknya Ranieri sebagai pembesut anyar Nerazzurri menggeser posisi Gian Piero Gasperini untuk ditugasi mengembalikan habitat Inter yang ketika itu mendekam di zona merah. Di sinilah Inter sedikit banyak mengalami tahap perubahan secara signifikan. Memang, di masa awal jabatannya, eks pembesut Roma dan Juventus itu tidak terlalu banyak memberikan efek positif pada tim. Sebelum mengantar Inter sempurna di enam laga terakhir, Ranieri bukannya tidak mengalami pasang surut. Dari 14 laga berlalu bersama Ranieri, Inter dirundung inkonsistensi dengan tujuh kali menang, dua kali imbang dan lima kalah. Catatan itu diperoleh secara silih berganti, kadang-kadang menang, kadang-kadang kalah. Bukanlah perkerjaan yang enteng buat sang pelatih mengembalikan posisi Inter ke papan atas, terlebih para pemain juga diharuskan melakukan penyesuaian dengan instruksi taktik anyar dari Ranieri.

Tak bisa dimungkiri, adanya skenario gonta-ganti pelatih memang sedikit banyak memaksa para pemain beradaptasi dari satu formasi ke formasi lain. Justru hal tersebut membuat komposisi skuad berantakan. Coba kita perhatikan dari rezim Benitez sampai Ranieri, formasi Inter bak puzzle dan seperti sulit menyamakan warna. Di masa kepelatihan Benitez, eks juru taktik Liverpool ini mewarisi resep yang diturunkan Mourinho, yakni 4-2-3-1. Tidak seperti pelatih yang kini menangani Real Madrid itu, Benitez gagal total membaca potensi para pemain untuk diposisikan dalam skema tersebut ketika ia harus berhadapan dengan badai cedera. Berlanjut ke Leonardo, Inter di tangan legenda Milan itu bermain cukup atraktif dengan menggunakan formasi 4-3-1-2 dengan mengandalkan peran sentral Wesley Sneijder. Namun Leo harus puas hanya bisa membawa Inter runner-up di akhir musim. Kemudian Gasperini masuk dan mencoba menawarkan taktik yang tidak biasa bagi Inter: 3-4-3. Hasilnya, hancur total. Para pemain kaget dan kebijakan strategi itu pun menuai gelombang kritik.

Situasi tak menentu ini lah yang lantas diemban Ranieri untuk melakukan putar otak menemukan kembali formula yang tepat bagi Inter. Beragam strategi pun coba diracik oleh Ranieri dari laga ke laga. Mulai dari mengembalikan formasi Inter ke 4-3-1-2, beralih ke 4-4-2, bertransformasi menjadi 4-1-4-1, 4-5-1, hingga akhirnya kini Ranieri mendapatkan pakem yang pas, yakni formasi 4-4-2 dengan bertumpu pada permainan sayap. Dan terbukti, ramuan taktik teranyar ini mampu membuat Inter meraih kemenangan demi kemenangan enam kali secara berturut-turut. Namun ada satu catatan yang perlu digarisbawahi, sebagian besar hasil positif yang didapatkan Inter sepanjang musim ini tak lepas dari kehadiran gelandang tangguh Thiago Motta. Sempat mengalami cedera di awal-awal musim, comeback Motta rupanya memberikan efek tersendiri bagi Inter. Setiap Motta tampil seringkali membuahkan kemenangan bagi Inter, sebaliknya bila tanpa kehadiran gelandang berdarah Brasil itu, Inter kerap dihantui kekalahan. Belum lagi kecerdasan Ranieri dalam menelaah potensi Alvarez yang selalu dirotasi posisinya -- menempati pos sayap kanan atau kiri atau berperan sebagai playmaker -- dari laga ke laga membuat lawan sulit membaca permainan gelandang kelahiran Argentina tersebut. Yah, pembagian porsi bermain dan rotasi-rotasi yang dilakukan sang Tinkerman boleh jadi merupakan kunci kenapa Motta di musim terlihat lebih prima pasca cedera, dan tentu menjadi jawaban kebangkitan Inter.

"Hasil ini pastinya merupakan ganjaran bagi kinerja dan usaha Ranieri. Dia kembali mengangkat tim. Ranieri adalah pria bijak. Ia tahu bagaimana menyampaikan ide-ide kepada pemain dan bagaimana mendapatkan dukungan dan meraih kepercayaan diri mereka," tutur presiden Inter Massimo Moratti usai timnya meraih kemenangan penting di Derby.

Dengan kesenjangan poin dengan dua rival tersengit, Juve dan Milan, yang tidak teramat jauh, bukan mustahil Inter di beberapa laga selanjutnya bisa jadi sanggup kembali mengklaim status Capolista, poisisi yang dalam dua musim terakhir ini sukar mereka capai. Memang, Inter saat ini masih bertengger di posisi kelima klasemen, akan tetapi jarak perolehan poin dengan tim yang berada di atas Inter, Lazio dan Udinese, terbilang cukup dekat. Dengan tim Biru Langit, Inter hanya terpaut satu angka, sedangkan dari si Hitam-Putih tertinggal tiga poin. Sementara jika membaca tiga laga berikutnya, salah satu di antaranya Udinese akan berhadapan dengan Juventus, Lazio sendiri akan berhadapan dengan Inter pekan depan. Sementara Milan bersiap menjajal Lazio tiga pekan lagi. Artinya, andai rival-rival mereka terpeleset, kemudian Inter di tiga laga mendatang tersebut sanggup menyapu bersih dengan kemenangan, maka posisi Inter di papan klasemen akan terlihat lebih elok.

"Sejak hari pertama datang, saya bilang Scudetto tidak masuk hitungan kami. Juventus melemah pekan ini dan kami menghentikan Milan. Target pertama adalah tempat Liga Europa dan sekarang Liga Champions. Anda tahu dalam darah Inter, DNA mereka, berjuang meraih gelar, tapi musim ini kami harus melakukannya satu per satu di setiap laga," demikian Ranieri mengapungkan optimisme terkait laju Inter selanjutnya.

Sebanyak 21 pertandingan tersisa Serie A Italia masih membentang dan poin demi poin secara potensial masih amat sangat bisa dikumpulkan dalam perjalanan menuju Scudetto. Secara matematis, tidak keliru rasanya jika sudah saatnya Inter menebar ancaman dalam perburuan mahkota juara. Jadi, Inter berbicara Scudetto? Siapa takut!
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Jangan Lupa Follow Us Interisti

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Inter Milan Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger