
Yah, dari enam bentrokan terakhir, Inter mencatatkan 100 persen kemenangan. Dan yang paling teraktual, AC Milan menjadi korban kebangkitan Javier Zanetti dkk dalam laga bertajuk Derby Della Madonnina, Senin (16/1) dinihari WIB, di mana Inter meraih kemenangan hemat 1-0 berkat satu-satunya gol sang pahlawan, Diego Milito. Raihan tiga poin itu menjadikan Inter sekarang hanya terpaut lima poin dari Rossoneri dan enam poin dari sang pemuncak, Juventus, dengan menempati posisi kelima.
“Itu memberikan kami tiga poin berharga melawan tim yang sebelumnya menempati pucuk klasemen, sebuah tim kuat, dan ini adalah derby, jadi kami merasa senang untuk diri sendiri dan bahkan lebih senang lagi untuk fans kami. Sekarang kami berada di posisi seperti ini, tapi kami mesti terus bekerja keras dan terus memenangi laga. Masih ada separuh musim lagi untuk dimainkan. Setelah memenangi derby Anda merasa lebih termotivasi lagi dan ini adalah pendongkrak kepercayaan diri yang masif,” ujar Il Capitano Zanetti sesudah laga Derby Milano.
"Malam ini menjadi pembuktian, kami lebih baik. Pada awalnya kami terlalu mudah kehilangan bola namun secara keseluruhan tim ini tetap tampil baik. Jelas, Inter telah mengalami perubahan positif. Kemenangan ini pantas kami raih. Saya tidak akan pernah melupakan derby Milan perdana karena Inter menang. Saya berbahagia bagi tim, presiden dan Interisti yang dipastikan bakal menikmati pekan ini," timpal Ranieri.

Selebrasi yang dilakukan Inter usai membungkam AC Milan 1-0.
Well, jika berbicara prediksi awal, banyak kalangan yang menilai era keemasan Inter agaknya sudah cukup sulit untuk dikobarkan kembali, mengingat tim-tim rival mereka, setidaknya, dalam dua musim terakhir telah mempersenjatai kekuatan mereka hingga memiliki skuad yang sangat kompetitif. Manuver Juventus di bursa transfer misalnya, mendaratkan Antonio Conte sebagai pelatih baru mereka serta datangnya sejumlah nama anyar yang salah satunya adalah gelandang elegan Andrea Pirlo, benar-benar membuat dominasi Bianconerri di musim ini terlihat kental.
Semusim ke belakang bisa menjadi acuan betapa Milan juga bergerak di pasar transfer dengan jitu. Masuknya pelatih anyar Max Allegri serta perekrutan Zlatan Ibrahimovic, Robinho dan Kevin-Prince Boateng seakan membuktikan kalau Scudetto 2010/11 yang mereka persembahkan bagi Milan adalah wujud ketepatan klub dalam berbelanja. Sedangkan Inter, setidaknya dalam dua musim terakhir, kebijakan transfer mereka disebut-sebut carut marut. Mulai dari rezim Rafael Benitez, keluarnya sang superstar Samuel Eto'o dengan pengganti pemain seperti Mauro Zarate dan Diego Forlan, lalu mengalami fase transisi dengan bongkar pasang pelatih, seolah mempertebal sinyal jika Inter mulai panik tatkala hegemoni mereka terlampaui oleh duo rival mereka tersebut. Imbasnya, zona degradasi sempat dirasakan La Beneamata di permulaan musim 2011/12 ini. Padahal sebelum mengalami periode sulit ini, Inter begitu gagah perkasa dengan menyandang treble winners di bawah kepelatihan Jose Mourinho.
CLAUDIO RANIERI, FORMASI & THIAGO MOTTA FAKTOR PEMBEDA INTER |
Claudio Ranieri ![]()
Thiago Motta ![]()
|
|
"Hasil ini pastinya merupakan ganjaran bagi kinerja dan usaha Ranieri. Dia kembali mengangkat tim. Ranieri adalah pria bijak. Ia tahu bagaimana menyampaikan ide-ide kepada pemain dan bagaimana mendapatkan dukungan dan meraih kepercayaan diri mereka," tutur presiden Inter Massimo Moratti usai timnya meraih kemenangan penting di Derby.
Dengan kesenjangan poin dengan dua rival tersengit, Juve dan Milan, yang tidak teramat jauh, bukan mustahil Inter di beberapa laga selanjutnya bisa jadi sanggup kembali mengklaim status Capolista, poisisi yang dalam dua musim terakhir ini sukar mereka capai. Memang, Inter saat ini masih bertengger di posisi kelima klasemen, akan tetapi jarak perolehan poin dengan tim yang berada di atas Inter, Lazio dan Udinese, terbilang cukup dekat. Dengan tim Biru Langit, Inter hanya terpaut satu angka, sedangkan dari si Hitam-Putih tertinggal tiga poin. Sementara jika membaca tiga laga berikutnya, salah satu di antaranya Udinese akan berhadapan dengan Juventus, Lazio sendiri akan berhadapan dengan Inter pekan depan. Sementara Milan bersiap menjajal Lazio tiga pekan lagi. Artinya, andai rival-rival mereka terpeleset, kemudian Inter di tiga laga mendatang tersebut sanggup menyapu bersih dengan kemenangan, maka posisi Inter di papan klasemen akan terlihat lebih elok.
"Sejak hari pertama datang, saya bilang Scudetto tidak masuk hitungan kami. Juventus melemah pekan ini dan kami menghentikan Milan. Target pertama adalah tempat Liga Europa dan sekarang Liga Champions. Anda tahu dalam darah Inter, DNA mereka, berjuang meraih gelar, tapi musim ini kami harus melakukannya satu per satu di setiap laga," demikian Ranieri mengapungkan optimisme terkait laju Inter selanjutnya.
Sebanyak 21 pertandingan tersisa Serie A Italia masih membentang dan poin demi poin secara potensial masih amat sangat bisa dikumpulkan dalam perjalanan menuju Scudetto. Secara matematis, tidak keliru rasanya jika sudah saatnya Inter menebar ancaman dalam perburuan mahkota juara. Jadi, Inter berbicara Scudetto? Siapa takut!
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !