Di akhir pekan lalu, Inter kembali dipaksa merasakan pahitnya kekalahan. Kali ini Juventus yang membuat Il Nerazzurri terjerembab di kandang sendiri, Giuseppe Meazza.
Padahal, Inter sebelumnya bukanlah tim yang mudah dipermainkan ketika berlaga di kandang sendiri.
Bahkan
di musim ini saja Inter sudah beberapa kali dikangkangi lawannya di
Meazza, baik di kompetisi domestik mau pun Liga Champions.
Trabzonspor
adalah tim pertama yang menang atas Inter di Meazza sebelum Napoli dan
Juventus mengikuti. Sedangkan di luar Milan, Palermo, Novara dan Catania
yang mempermalukan Inter. Tak salah jika kemudian Inter terlihat berada
di papan bawah klasemen Serie A Italia. Sementara di Liga Champions,
posisi Inter cukup menjanjikan.
Lalu apa yang terjadi pada Inter
di musim ini? Mengapa performa saudara muda Milan itu tak menunjukkan
kelas mereka sebagai salah satu tim terbaik di Italia?
Banyak hal
yang bisa disalahkan, mulai dari kebijakan transfer, strategi yang
tepat hingga faktor pemain dan pelatih, atau bahkan fans. Tapi yang
begitu jelas terlihat adalah begitu besarnya pengaruh yang diberikan
Jose Mourinho.
Pelatih yang kini menukangi Real Madrid itu
memiliki andil besar dalam memberikan kesan mendalam di skuad Inter saat
ini. Pemain yang pernah ditanganinya, dan sampai saat ini masih
bertahan di skuad, terus mengeluk-elukannya.
Bagaimana
tidak, beragam gelar diberikan Mourinho selama tiga musim di Inter,
mulai dari Serie A, Coppa Italia, Piala Super Italia dan Liga Champions.
Hebat bukan?
Wesley Sneijder minggu lalu misalnya, yang menilai
Mourinho sebagai pelatih terbaik Inter. Pemain lain juga mengamininya.
Sedikit banyak hal itu menunjukkan bahwa kepercayaan yang didapat
pelatih Inter sepeninggal Mourinho dari pemain tidaklah mutlak.
"Bagaimana bisa bekerja dengan baik bila tak mendapat kepercayaan
pemain?" kira-kira begitulah pikiran pelatih Inter setelah era Mourinho.
Hal
itulah yang akhirnya membuat Rafa Benitez, Leonardo, Gian Piero
Gasperini hingga Claudio Ranieri kesulitan memunculkan kemampuan terbaik
Inter dan pemain-pemain mereka. Sindrom Mourinho sudah begitu merasuk
dalam diri pemain.
Mourinho tak bisa disalahkan dalam hal ini.
Dia hanya menjalankan tugas dan menjunjung profesionalitasnya sebagai
pelatih yang diikat kontrak, sampai akhirnya dia tak lagi terikat dengan
klub.
Dan sepertinya pemain Inter tidak bisa menerima fakta
bahwa Mourinho sudah meninggalkan klub. Harusnya mereka bisa menghadapi
hal ini, sehingga bisa membuat era baru dengan pelatih baru, melupakan
kesuksesan masa lalu dan tidak menyalahkan wasit atas setiap kegagalan
mereka.
Bukan begitu?
Home »
Liga Italia
» FOKUS: Inter Dan Sindrom Mourinho
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !