Nama Geoffrey Kondogbia menjadi perbincangan netizen pada Minggu, 21 juni 2015. Kepindahannya dari AS Monaco ke Internazionale Milan memang cukup menyita perhatian. Di Italia, ‘Kondogbia’ merengsek ke peringkat lima trending topic Twitter.
Kepindahan Kondogbia ke Inter memang penuh dengan intrik. Sebelumnya, kesebelasan-kesebelasan Inggris dikabarkan tertarik untuk menggaet gelandang asal Prancis ini. Kemudian, sebelum secara resmi menjadi milik Inter Milan, Kondogbia masih bernegoisasi dengan rival sekota Inter, AC Milan.
Namun yang paling menjadi pertanyaan adalah nilai transfer Kondogbia. Ia menjadi pemain ketiga termahal Inter sepanjang sejarah, setelah Christian Vieri dan Hernan Crespo, serta lebih mahal dari nilai transfer Ronaldo da Lima. Inter dikabarkan harus merogoh kocek hingga 35 juta euro untuk mendapatkan tanda tangan Kondogbia.
Nilai transfer ini menjadi nilai transfer termahal dunia ke-63. Nilai transfer ini pun lebih mahal dari uang yang harus diberikan Chelsea kepada Barcelona untuk memboyong Cesc Fabregas, atau ketika Manchester City membeli Samir Nasri dari Arsenal. Maka pertanyaan yang muncul adalah, layakkah Kondogbia dihargai semahal itu?
Melihat tipikal permainan Kondogbia, banyak yang membandingkan permainannya dengan gelandang bertahan legenda Prancis, Patrick Vieira. Hanya saja rasanya Kondogbia lebih memiliki kekuatan dan badan yang kokoh serta lebih aktif membantu serangan ketimbang Vieira.
Secara permainan, Kondogbia terbilang handal dalam melakukan tekel, intersepsi, dan mampu menyeimbangkan lini tengah. Dengan tinggi 188 cm dan badan yang kokoh, ini memungkinkan Kondogbia lebih bisa memenangi duel-duel udara di tengah.
Dari 23 penampilannya musim lalu di Ligue 1, Kondogbia mencatatkan rata-rata 3,1 tekel per pertandingan. Jika angka ini dibandingkan dengan torehan gelandang-gelandang di Italia, ia akan menjadi pemain ke-5 dengan tekel terbanyak di Serie A, setara dengan Arturo Vidal, Pedro Obiang, dan Christian Maggio. Sedangkan jika di EPL dan La Liga, Kondogbia termasuk dalam 10 pemain dengan tekel terbanyak per pertandingan.
Ketangguhan Kondogbia dalam mengawal pertahanan pun dapat terlihat dari jumlah kartu kuning yang ia terima. Meski memiliki catatan rata-rata 1,3 pelanggaran per pertandingan, Kondogbia hanya tiga kali mendapatkan kartu kuning di Liga, dua di UEFA Champions League..
Kondogbia pun tak hanya tangguh dalam melakukan tekel atau aksi pertahanan, gelandang berusia 22 tahun ini pun cukup handal dalam melepaskan operan akurat. Akurasi operannya musim lalu di Ligue 1 mencapai 86,2%.
Di Serie A, akurasi operan ini lebih tinggi dari akurasi operan yang ditorehkan Giacomo Bonaventura (AC Milan), Marek Hamsik (Napoli), Hernanes (Inter) bahkan tiga gelandang Juventus (Claudio Marchisio, Paul Pogba, dan Vidal).
Beberapa statistik di atas menunjukkan bahwa Kondogbia memang pemain yang memiliki kualitas. Namun di samping itu, masih banyak catatan-catatan lain yang membuat Kondogbia tak lebih hebat dari gelandang-gelandang lainnya.
Rataan torehan tekel berhasil per pertandingannya masih kalah dari gelandang asal Caen, N’Golo Kante atau gelandang Udinese, Allan yang menjadi pemain dengan rataan tekel terbanyak di Eropa. Keberhasilan Intersepnya yang hanya 2,5 per pertandingan pun masih kalah jauh dari jumlah intersep Jordan Amavi, bek kiri OGC Nice (4,6). Pun begitu dengan torehan rata-rata dribel per pertandingannya yang hanya 1,2 kali, hanya setengah dari total yang dilakukan gelandang bertahan Guingamp, Lionil Mathis, yang menjadi gelandang bertahan dengan dribel terbanyak per pertandingan di Eropa, atau Freddy Guarin (2,6), gelandang Inter.
Maka jika boleh menyimpulkan, nilai transfer 35 juta euro tampaknya terlalu berlebihan untuk mendatangkan Kondogbia. Apalagi sebenarnya banderol Kondogbia menurut Transfermarkt sendiri hanya sekitar 16 juta euro. Ini artinya harga Kondogbia naik sekitar dua kali lipat.
Ketertarikan kesebelasan –kesebalasan top Eropa pada Kondogbia seperti Juventus, AC Milan, Real Madrid, dan Manchester City memang membuat harganya meledak. Milan sendiri sempat menawarnya sebesar 25 juta euro, namun ditolak mentah-mentah.
“Nilai transfernya bisa mencapai 35 juta euro, bahkan tidak menutup kemungkinan menyentuh angka 40 juta euro,” ujar CEO AC Milan, Adriano Galliani, pada La Gazzetta dello Sport. “Kondogbia sendiri meminta gaji yang bernilai beberapa juta euro. Siapapun yang mendapatkannya akan berdarah-darah.”
Menurut Football-Italia, Kondogbia telah menandatangani kontrak berdurasi lima musim. Gajinya sendiri mencapai 4 juta euro per musim, bahkan bisa mencapai 5 juta euro dengan bonus. Tampaknya hal inilah yang membuat Milan tak bergerak cepat untuk menggaet Kondogbia. Milan berpikir kembali jika harus mengeluarkan uang sebesar itu, sebab Milan memang membutuhkan perbaikan yang lebih serius di sektor lini belakang.
Namun bagi Inter, perekrutan Kondogbia dengan nilai transfer yang terbilang mahal ini menjadi sebuah tanda positif, Inter benar-benar mempersiapkan skuatnya untuk musim depan. Sebelum Kondogbia, kesebelasan berjuluk La Beneamata ini terlebih dahulu mendatangkan dua bek yang tengah berlaga di Copa America 2015 yaitu, Joao Miranda (Brasil) dan Jeison Murillo (Kolombia).
Kegagalan Inter berlaga di kompetisi Eropa tampaknya menjadi tamparan berarti bagi kesebelasan yang sudah berdiri sejak 1908 ini. Untuk bisa kembali menghadirkan prestasi, manajemen Inter pun tak ragu untuk mengeluarkan biaya mahal untuk mendatangkan pemain-pemain anyar. Dan perburuan mereka tak akan berhenti di perekrutan Kondogbia meski telah merogoh kocek yang tak sedikit.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !