CHAPTER ONE
MARTIN
Segera setelah melihat kami tiba, Martin
bergegas mengangkat kakinya dan berlari penuh antusias. “Javier!
Paula!” teriaknya sambil terus berlari ke arah kami, bersiap untuk
memeluk kami. Saya sungguh terkejut, bukan karena besarnya cinta dan
kasih sayang yang ingin dia tunjukkan, namun karena beberapa bulan yang
lalu, Martin tidak dapat berbicara. Bisu dan tuli. Mulutnya hanya bisa
mengeluarkan suara-suara yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain,
sehingga untuk bisa berkomunikasi dengannya, itu hampir tidak mungkin.
Ketika masih berumur 3 tahun, Martin sudah terbuang secara sosial.
Seorang anak tanpa masa depan. Setelah lahir, dunia mengasingkannya,
tapi itu bukan akhir dari hidup Martin. Tidak ada seorang pun yang
merasa terbeban untuk menolongnya. Tidak ada orang yang mau berempati
dengan kondisi yang dia alami. Seolah-olah nasibnya sudah tertulis
dengan pasti dan tidak akan ada perbaikan dari itu semua. Padahal,
sebenarnya yang dibutuhkan hanyalah sedikit bantuan.
Dalam jangka waktu satu tahun, Martin
terlahir kembali. Ada dokter anak yang mau memberikan pemeriksaan
cuma-cuma terhadap masalah yang dialami Martin. Kemudian donasi dari
orang-orang Samaritan untuk membiayai pembelian alat bantu dengar, dan
logaoedic yang dapat membantunya berbicara. Tiga hal yang akan sangat
mudah diperoleh oleh anak-anak yang terlahir di lingkungan negara kaya,
tapi tidak untuk seorang anak yang terlahir di tempat yang tidak pernah
dipedulikan oleh orang, di tempat yang tidak tersedia cukup makanan
bergizi.
Martin adalah salah satu dari 550 anak lebih
yang kami asuh di Pupi Foundation. Mereka semua berasal dari Traza,
salah satu lokasi di Remedios de Escalada di distrik Lanus, sebuah
daerah pinggiran berpenduduk miskin, di mana banyak hal pokok tidak
dapat dipenuhi di sana. Penduduk Traza tercatat berjumlah lima ribu
orang, yang hampir semua keluarganya hidup di bawah garis kemiskinan.
Obat-obatan, kekerasan, kehamilan remaja adalah hal-hal yang akrab
terjadi setiap hari. Air minum dan listrik menjadi sesuatu yang dianggap
mewah. Tidak ada taman kanak-kanak atau pusat pelayanan masyarakat,
tidak ada pelayanan untuk kebutuhan-kebutuhan darurat. Hidup dalam
kondisi yang serba terbatas. Héctor, Jonatan, Micaela, Ezequiel,
Augustina, Jimena, Emiliano, Santiago, Nazarena, Karen dan anak-anak
yang lain semuanya berasal dari sana. Setiap kali saya datang untuk
mengunjungi mereka, ada atmosfer yang luar biasa. Masa depan mereka
tidak akan suram lagi, meskipun perjalanan ini akan sangat panjang dan
sulit. Setiap hari tantangan dan kesukaran akan mereka hadapi, seperti
gunung-gunung baru untuk didaki. Dengan bantuan dari setiap orang, saya
percaya masih ada kesempatan untuk memperbaiki dunia ini. Walaupun
pertolongan kita hanya seperti tetesan air di tengah samudera, namun
ingat, samudera ada karena tetesa air yang begitu banyak.
Kebahagiaan bagi saya ketika setiap hari
dapat melihat perkembangan anak-anak. Bahkan hari ini, suara itu bergema
di telinga saya “Javier!”. Suara yang diteriakkan dengan penuh
ketulusan, seolah-olah itu adalah hal paling natural yang ada di dunia.
Martin sekarang dapat berbicara. Ya, Martin telah melakukannya. Cerita
Martin hanya satu dari banyak kisah membahagiakan yang kami jumpai
setiap hari. Ini adalah contoh yang tepat untuk menunjukkan bahwa kita
bisa mendapatkan hasil yang luar biasa ketika kita melakukannya dengan
pengorbanan yang besar dan tidak kenal lelah. Start flying low to end up
high. Memulai dari awal, kemudian mencapai puncak pada akhirnya. Itu
adalah filosofi dari yayasan ini. Semua berawal dari ingatan saya akan
masa kecil yang saya habiskan di Dock Sud (South Dock), daerah pinggiran
kota Buenos Aires. Saya juga terlahir di tengah keluarga miskin. Namun
orang tua saya tidak pernah membiarkan saya melewatkan kasih sayang dari
mereka. Harapan terbesar saya saat ini adalah bisa melihat anak-anak
Pupi menerima cinta dan kasih sayang sama dengan yang pernah saya
terima, dan mereka memiliki kesempatan yang sama untuk meraih apa yang
menjadi impian mereka.
Just like when it happened to me, when I was a kid chasing a ball, when everything was ready to be discovered and invented.
Sama seperti ketika hal itu terjadi pada
saya, ketika kecil saya mengejar bola, dan ketika dari hal tersebut,
segala sesuatu siap untuk ditunjukkan pada dunia.
* * *
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !