Wajah Presiden Inter Milan, Massimo Moratti, tampak ceria sesaat setelah laga Derby della Madonnina (24/2) berakhir. Meski timnya hanya bermain seri, senyum kepuasan terus tersungging di bibirnya. Tak lama berselang, kepada sejumlah media di Italia, Moratti memuji penampilan Javier Zanetti cs di laga kontra AC Milan. Tanpa ragu, dia menunjuk kiper Samir Handanovic sebagai pahlawan di laga tersebut.
“Siapa pun tahu, laga Derby pada pekan ke-26 merupakan pertunjukkan hebat Samir (Handanovic). Saya harus katakan bahwa performa dia di luar ekspektasi awal semua pihak di tim ini. Kami sangat bahagia dan begitu juga dengan dirinya,” ucap Moratti seperti dirilis Football Italia .
Fakta di lapangan memang demikian. Tanpa Handanovic di bawah mistar gawang, Inter mungkin gagal mendapat poin di laga tersebut. Berkat aksi menawannya, dia mampu mematahkan tiga peluang emas dari penyerang Milan, Mario Balotelli, di depan gawangnya.
Saat melepas Julio Cesar pada awal musim ini, sejumlah legenda La Beneamata mempertanyakan kebijakan itu. Toh, La Beneamata pun tentu tak asal pilih kiper sebagai pengganti Cesar. Direktur Teknik Marco Branca menyebut pihaknya telah mengamati riwayat Handanovic sebelum menjatuhkan pilihan kepadanya.
Kiper berdarah Slovenia itu memang telah menunjukkan bakat luar biasa bersama Udinese terutama dalam hal menghadapi tendangan penalti. Sepanjang 2010-11, Handanovic mampu mementahkan enam tendangan penalti di Serie-A yang dilakukan Samuel Eto’o (Inter), Paulo Barreto (Bari), David di Michele (Lecce), Marek Hamšik (Napoli), Edinson Cavani (Napoli), dan Mauro Zarate (Lazio).
Keberhasilan itu menjadikan Handanovic sebagai kiper paling sering menggagalkan tendangan penalti dalam semusim Serie-A. Dia melampaui torehan Giuseppe Moro saat mementahkan lima kali tendangan penalti di Serie-A 1948-49. Kala itu, Moro memperkuat Bari. Rekornya yang bertahan 62 tahun pun terpecahkan.
Berkat kemampuannya dalam mematahkan tendangan penalti, Giampaolo Pozzo, pemilik Udinese, menyebut Handanovic dibekali dua tangan ajaib dari Tuhan. “Samir pribadi yang pendiam. Di lapangan, dia tidak meledak-ledak. Tapi, dia mampu membuktikan kemampuannya tanpa harus dipublikasikan media. Saya berani bilang dia dibekali tangan ajaib. Jika tidak, rekor yang bertahan 62 tahun tak bisa dia patahkan,” beber Pozzo saat itu. (Edy)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !