Tak
dipungkiri, sistem patronasi di Italia memang masih cukup kental.
Hampir semua klub masih bergantung kepada kekayaan sang pemilik.
Untung-rugi masih berupa jurang yang cukup tinggi. Demi mencapai
prestasi, seorang pemilik pun tak ragu menggelontorkan dana besar tanpa
melihat risiko yang mengadang.
Inter salah satunya. Sejak
Massimo Moratti mengambil alih tampuk pimpinan, selama 16 tahun, I
Nerazzurri telah merugi mencapai 1,3 miliar euro. Tapi semua kerugian
tersebut bisa tertutupi berkat suntikan dana pribadi sang patron. Namun,
sistem seperti itu sekarang mulai ditinggalkan. Demi beradaptasi dengan
aturan Financial Fair Play yang akan dimonitor UEFA pada musim 2013-14, Inter harus bisa membiayai semua kerugian dengan pendapatan murni klub.
Program-program “tak populer” pun mulai diterapkan. Mulai dari penjualan pemain bintang bergaji tinggi hingga penerapan salary cap. Hasilnya mulai terlihat. Meski masih merugi, rapor keuangan Inter menunjukkan pergerakan ke arah lebih baik.
Inter
berusaha keras menurunkan kerugian hingga 45 juta euro per tahun. Sebab
itulah batas toleransi dari UEFA untuk Inter sejak diberlakukannya Financial Fair Play
yang akan efektif terhitung pada 2012-13. Musim selanjutnya angka
tersebut akan terus diturunkan secara berkala. Pada 2015-16, angka
kerugian maksimal yang bisa ditoleransi UEFA adalah 30 juta euro. Lalu
periode berikutnya pada 2018-19 angka tersebut masih akan menurun.
Dari data yang dilansir La Gazzetta dello Sport, Inter telah menunjukkan langkah positif. Jika pada 2007 rugi 206,3 juta euro, pada 2010 menurun jadi 67,5
juta euro. Terget pada 2011 sebenarnya terus turun ke angka 60 juta
euro. Sayang pada 2011 target tersebut tidak tercapai. Kerugian Inter
naik sedikit atau menjadi 84,6 juta euro.
*) Tren Kerugian Inter
Tahun
|
Rugi
|
2007
|
206,3 juta euro
|
2008
|
145,9 juta euro
|
2009
|
153,5 juta euro
|
2010
|
67,5 juta euro
|
2011
|
84,6 juta euro
|
PENGHEMATAN GAJI
Pada 2011 lalu, manajemen Inter menerapkan salary cap.
Gaji pemain inti maksimal tiga juta euro per musim. Pengecualian hanya
diberikan kepada beberapa pemain bintang. Selain pengetatan gaji, pemain
bergaji tinggi seperti Samuel Eto’o, David Suazo, dan Amantino Mancini
juga dilepas. Sebagai gantinya menajemen mendatangkan pemain muda
bergaji rendah.
Dari
kebijakan ini manajemen bisa menghemat pengeluaran gaji tahunan sebesar
17,9 juta euro. Gaji tertinggi di Inter sendiri masih dipegang oleh
Wesley Sneijder, yakni 6 juta euro per tahun. Dan, jika pada akhirnya
Sneijder benar-benar dilepas paling lambat pada musim panas mendatang,
tentu akan berpengaruh signifikan terhadap pemangkasan pengeluaran gaji
pemain. Namun, Inter tentu tak akan sembarangan dalam melepas seluruh
pemain bintangnya. Pertimbangan keseimbangan kekuatan tim tentu masih
harus diperhitungkan.
Inter
sendiri berada di urutan kedua dari 20 klub Serie-A dengan pengeluaran
gaji tertinggi. Total selama setahun Inter menggelontorkan 145 juta euro
untuk membayar gaji para pemainnya. Hanya kalah dari AC Milan yang
mengeluarkan sebesar 160 juta euro per tahun. Zlatan Ibrahimovic masih
memegang status pemain bergaji tertinggi di Milan maupun Serie-A, dengan
9 juta euro per musim.
Yang
menarik Juventus. Mereka berada di urutan ketiga klub dengan
pengeluaran gaji tinggi. Total, Si Nyonya Tua harus menggelontorkan
biaya 100 juta euro untuk gaji pemain. Termasuk gaji tertinggi yang
dimiliki Gianluigi Buffon senilai 6 juta euro per tahun. Akan tetapi,
pengeluaran Juventus tampaknya akan berkurang drastis seiring kepergian
Amauri ke Fiorentina, dan kemungkinan hengkangnya Luca Toni serta
Vincenzo Iaquinta. Maklum, ketiganya termasuk pemain bergaji tinggi di
Juventus. Amauri memperoleh 4 juta euro, sementara Toni dan Iaquinta
sama-sama mengantongi 3 juta euro per tahunnya. Jika Toni dan Iaquinta menyusul Amauri, berarti Juventus akan berhemat sebesar 10 juta euro.
Inter
sendiri bisa saja mengambil kebijakan serupa andai berani melepas
Sneijder (gaji: 6 juta euro), Diego Milito (4,5 juta euro), Maicon (4
juta euro), Cristian Chivu (3,5 juta euro), atau Thiago Motta (3 juta
euro). Apalagi beberapa pemain dengan gaji tak terlalu tinggi seperti
Andrea Ranocchia (1,50 juta euro), Ricky Alvarez (1 juta euro), Yuto
Nagatomo (0,70 juta euro), atau Andrea Poli dan Philippe Coutinho (0,60 juta euro) sudah menunjukkan kemajuan pesat.
*) Pemain baru 2011-12
Nama
|
Gaji bersih
|
Gaji kotor
|
Diego Forlan
|
3,5 juta euro
|
7 juta euro
|
Gianpaolo Pazzini
|
2,5 juta euro
|
5 juta euro
|
Andrea Ranocchia
|
1,5 juta euro
|
2,5 juta euro
|
Jonathan
|
1,2 juta euro
|
2,5 juta euro
|
Ricardo Alvarez
|
1 juta euro
|
2,5 juta euro
|
Emiliano Viviano
|
1 juta euro
|
3 juta euro
|
Yuto Nagatomo
|
0,7 juta euro
|
3 juta euro
|
Luc Castaignos
|
0,4 juta euro
|
1,4 juta euro
|
Mauro Zarate*
|
2 juta euro
|
5 juta euro
|
Andrea Poli*
|
0,6 juta euro
|
1,8 juta euro
|
Jumlah gaji
|
33,7 juta euro
|
*) Pemain dilepas 2011-12
Nama
|
Gaji bersih
|
Gaji kotor
|
Samuel Eto’o
|
8 juta euro
|
20 juta euro
|
Davide Santon
|
1 juta euro
|
2 juta euro
|
Amantino Mancini
|
3,5 juta euro
|
7 juta euro
|
David Suazo
|
3,2 juta euro
|
6,4 juta euro
|
Jonathan Biabiany
|
0,8 juta euro
|
1,6 juta euro
|
Victor Obinna
|
1 juta euro
|
2 juta euro
|
Nelson Rivas
|
1 juta euro
|
2 juta euro
|
Marco Materazzi
|
1,5 juta euro
|
3 juta euro
|
Goran Pandev*
|
3 juta euro
|
6 juta euro
|
McDonald Mariga*
|
0,8 juta euro
|
1,6 juta euro
|
Jumlah gaji
|
51,6 juta euro
|
Total Penghematan: 17,9 juta euro
Keterangan: * Pemain status pinjaman/ dipinjam
PEMASUKAN DARI BURSA TRANSFER
Inter Milan
di bawah Moratti terkenal sebagai tim yang selalu boros di bursa
transfer. Selama 12 tahun hingga pengujung 2009 saja, total pengeluaran
mereka mencapai 473 juta euro. Tapi sejak 2009-10 kebijakan mereka
berubah drastis. Inter mulai berusaha menghasilkan uang dari bursa
transfer. Tiga musim terakhir, Inter hanya menggelontorkan dana 24 juta
euro di bursa transfer.
Meski
pada era Jose Mourinho beberapa pemain bintang seperti Samuel Eto'o,
Diego Milito dan Wesley Sneijder dihadirkan, namun semua bisa tertutup
berkat pendapatan dari menjual Zlatan Ibrahimovic ke Barcelona senilai
54 juta euro, Jonathan Biabany ke Parma (5 juta euro), dan Maxwell ke Barcelona (4 juta euro) pada
2009 lalu. Selain itu, penjualan pada tahun berikutnya pun cukup
mengesankan, yakni melepas Mario Balotelli ke Manchester City (31 juta
euro), Nicolas Burdisso ke AS Roma (8 juta euro) dan Mattia Destro ke
Genoa (5 juta euro). Pun ditambah biaya kompensasi sebesar 16 juta euro
yang dibayar Real Madrid untuk memboyong Jose Mourinho.
“Mulai
sekarang kami lebih fokus menjual pemain. Setelah mendapatkan uang dari
penjualan, kami baru bisa berpikir tentang pembelian,” kata Direktur
Umum Inter Milan, Ernesto Paolillo.
Atas
dasar hal itu, tak heran jika belakangan Inter terlihat getol membeli
pemain-pemain berusia muda yang namanya bahkan masih cukup asing. Sebut
saja Ricky Alvarez, Jonathan, Luc Castaignos, atau yang sudah datang
sebelumnya Philippe Coutinho. "Sekarang kami memburu pemain muda dengan
potensi besar, pemain yang akan kami kembangkan," tutur direktur teknik
Inter, Marco Branca.
*) Transaksi di bursa transfer lima musim terakhir
Musim
|
Untung/ Rugi
|
2011-12
|
0
|
2010-11
|
(+) 19
|
2009-10
|
(+) 15
|
2008-09
|
(-) 53
|
2007-08
|
(-) 26
|
Keterangan: Dalam juta euro
PENDAPATAN TERUS NAIK
Berdasarkan data Deloitte, pendapatan Inter dari tahun ke tahun selalu naik. Untuk periode 2010,
Inter mengantongi 225 juta euro. Artinya, jika dihitung sejak 2006,
pendapatan Inter mengalami pertumbuhan 13 persen tiap tahunnya.
Saat
ini Inter keluar sebagai klub dengan pendapatan terbesar nomor sembilan
dunia dan terbesar kedua di Italia setelah AC Milan. Sayangnya,
pemerataan sumber pendapatan Inter kurang bagus. Sekitar 62 persen di
antaranya disumbang oleh hak siar televisi. Pendapatan dari tiket hanya
17 persen, sementara sisi komersial 21 persen.
Pendapatan Inter
HAK SIAR TELEVISI, TIKET STADION, & SISI KOMERSIAL
Selain
mengetatkan ikat pinggang, Inter harus bisa meningkatkan pendapatan
klub lebih besar lagi. Saat ini pendapatan Inter berasal dari tiga
sumber yakni hak siar televisi, tiket stadion, dan sisi komersial.
Untuk
hak siar televisi, pendapatannya sudah susah ditingkatkan lagi.
pasalnya, saat ini Inter merupakan klub dengan pendapatan hak siar
terbesar di Italia. Sektor yang masih bisa ditingkatkan lagi adalah pendapatan tiket dan sisi komersial.
Inter
sebenarnya punya modal besar untuk meningkatkan pendapatan dari sektor
tiket stadion. Ingat, saat ini, jumlah penonton laga Inter di Giuseppe
Meazza adalah yang terbanyak di Italia. Mereka mengalahkan AC Milan, AS
Roma, dan Juventus.
Sebagai
contoh bisa dilihat dari tingkat kepenuhan stadion. Musim lalu,jumlah
penonton Inter tiap pertandingan mencapai 58 ribu penonton. Terbanyak di
Italia. Jumlah penonton Milan
ada di tempat kedua, yakni sekitar 50 penonton tidap laga. Peringkat
ketiga diisi Napoli, yakni 45 ribu penonton per pertandingan.
Fakta
itu membuat pendapatan tiket stadion Inter menjadi yang terbesar di
Italia, yakni 33 juta euro per musim. Sayang, meski terlihat besar,
pendapatan tersebut tidak ada apa-apanya dibanding pendapatan tiket
stadion klub-klub Inggris. Dibanding Manchester United, pendapatan Inter
tidak lebih dari seperempatnya.
Penyebab
utama minimnya pendapatan tiket stadion karena status Giuseppe Meazza
yang menjadi milik pemerintah kota. Tiap tahunnya, Inter harus membayar
sewa 4,5 juta euro.
Selain itu, Inter juga hanya
bisa mengoptimalkan pendapatan dari stadion ketika ada pertandingan.
Padahal, di klub-klub Inggris dan Jerman, klub bisa menerima pendapatan
dari kunjungan wisatawan ke stadion. “Di Eropa, stadion bisa
menghasilkan uang selama tujuh hari penuh. Sementara itu, kami tidak
bisa melakukannya karena masih menyewa ke pemerintah kota,” keluh Direktur Umum Inter, Ernesto Paolillo.
Secara
keseluruhan, pertumbuhan pendapatan Inter selama lima tahun terakhir
hanya sebesar 13 persen. Dari 188 juta euro menuju 213 juta euro. Tak
heran, seperti klub-klub Italia lain, mayoritas pemasukan Inter memang
didapat dari hak siar televisi, yakni sekitar 124 juta euro. Berdasarkan
data yang dikeluarkan FIGC, Serie-A merupakan kompetisi yang
pemasukannya paling bergantung kepada hak siar televisi (65%).
Bandingkan dengan Prancis (60%), Inggris (50%), Spanyol (38%), dan
Jerman (32%).
Pada
2010 lalu, Inter juga mendapat pemasukan cukup besar dari hak siar
televisi, yakni mencapai 138 juta euro. Angka itu diraih berkat performa
di kancah domestik, dan Liga Champions, di mana Inter berhasil melaju
ke final dan tampil sebagai juara. Namun, tak selamanya mereka harus
bergantung pada hak siar televisi. Keseimbangan masuknya keuntungan dari
lubang lain pun harus dipertimbangkan. Hal ini yang tentunya masih
menjadi pe-er bagi jajaran direksi La Beneamata demi mengikuti Financial Fair Play yang dimainkan UEFA.
sumber
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !