![]() |
Who the hell are you?
Siapa yang mengenal Andrea Stramaccioni sebelumnya. Mantan pemain bertahan Bologna yang pensiun dini 1994/95. Strama, nicknamed, (mungkin) hanya dikenal di kalangan manajerial AS Roma. Berhasil memboyong scudetto ke ibu kota lewat tim muda Giovanissimi Nazionali (U15) 2006/07 & Allievi Nazionale (U17) 2009/10, kesuksesan Strama tidak bisa diakomodir Roma untuk naik jabatan ke Primavera. Selain faktor kesuksesan Alberto De Rossi di pos tersebut, revolusi manajemen Roma ketika itu ikut andil ‘mandeknya’ karir Stramaccioni.
Bruno Conti (direktur akademi Roma), “Selamat Inter!”
Adalah Roberto Samaden, direktur Akademi Inter, memenangkan persaingan dengan FIGC yang menawari Strama pos Italia U21 (sekarang dilatih Devis Mangia), Samaden berhasil meyakinkan pelatih muda ini untuk mengisi pos primavera inter yang ditinggal Fulvio Pea ke klub serie-B, Sassuolo.
Pelatih yang mengorbitkan Alessandro Florenzi ini, tidak butuh waktu lama membuktikan kualitas kepelatihanya. Primavera Inter langsung dibawa Scudetto 11/12 & tentu prestasi yang sudah tertulis dalam sejarah, Inter juara kompetisi primavera eropa perdana, NextGenSeries 11/12. A double winners!
![]() |
Inter 1(5) vs 1(3) Ajax. NextGenSeries final London, 25 Maret 2012 |
INTER ARE CHAMPIONS OF EUROPE! Sebuah pengakuan level eropa yang sudah barang tentu (kembali) membuka para mata pengamat sepakbola, Inter adalah salah satu akademi sepakbola terbaik.
Direktur Teknik Timnas Italia (saat itu), Arrigo Sacchi diungkap Strama bahkan tidak sungkan memberikan dukungan, malam sebelum laga final,
“Saya sangat berterima kasih pada seluruh staff kepelatihan & semua manajemen Inter, terutama Piero Ausilio yang selalu melihat kami berlatih-bertanding. Hari ini kami (Inter) mengirimkan pesan ke seluruh eropa bahwa italia masih menjadi komoditi pemain muda, salah satu yang terbaik. Kami bangga mewakili italia, terima kasih kepada Arrigo Sacchi yang telah menghubungi saya, berbicara banyak tentang ajax, & pentingnya laga ini.”, ujar Strama di Inter.it
PETUALANGAN THE NORMAL ONE
25 Maret 2012. Ratusan kilometer dari London, dimana Massimo & Angel Mario Moratti merayakan kemenangan primavera, tim utama Inter malah tumbang di Turin, Juventus 2 - 0 Inter. Pertandingan yang biasanya menjadi “Menu” sang presiden di akhir pekan, tapi tidak hari itu. Siapa yang menyangka, pertandingan terakhir allenatore Claudio Ranieri ini adalah gerbang masuk pria asli kelahiran Roma, Andrea Stramaccioni, pelatih yang belum genap semusim bekerja di klub ini.
![]() |
Pelatih 36 tahun. Berlisensi UEFA A (not Pro) & FIGC Grade 2 |
26 Maret 2012. Andrea Stramaccioni, pelatih yang notebene hanya bisa melatih LegaPro atau sebagai asisten pelatih/caretaker di klub Serie A/B, dipilih Internazionale menangani Tim Utama. 3 tahun lebih muda dari Javier Zanetti, sudah ditugaskan membawa Inter finis di peringkat terbaik di 9 partai sisa. Sebuah “Pressure” yang tidak sebanding dengan “Luas Permukaan”. Stramaccioni HANYA berhasil mencatat statistik 5 menang 2 imbang 2 kalah, finished 6th di akhir musim 2011/12.
Petualangan belum berhenti. Musim 2012/13 Andrea Stramaccioni tetap dipercaya menukangi armada tim biru-hitam. Melatih sekaligus menjalani kursus kepelatihan UEFA Pro & Grade 1 FIGC, Strama dihadapkan dengan sebuah target 3 besar Serie A & kompetisi Europa League. Well, “The Real Pressure” telah memberi bukti perjalanan 12/13 yang sudah memasuki akhir 1/3 musim.
Sempat disanjung media sebagai “The Next Special One” setelah memberi kado ulang tahun Juventus di Juventus Arena, Stramaccioni lebih memilih membicarakan penampilan tim & memuji para pemain. Bahkan Strama pun memberi kado serupa ketika Inter berulang tahun beberapa waktu lalu, at least he proved what he have said, Stramaccioni hanya pelatih biasa, “I prefer The Normal One.”
Tersingkir oleh aggregat 4-4 di 16 besar EL & berada di posisi-5 klasemen liga dengan selisih poin 7 (sisa 1 match) dengan peringkat-3, bukan pencapaian yang buruk bagi seorang un-experience coach, tapi tidak bagi klub sebesar Inter. That’s called pressure!
Catatan positif awal musim yang mampu bersaing di jalur scudetto perlahan memudar menjadi target realistis awal musim. Tim dengan penampilan away terbaik, kini bertransisi menjadi tim yang beradaptasi sesuai dengan pemain yang tersedia akibat cedera, drama keuangan klub, & strategi transfer.
Sneijder, “Saya tidak menyesal meninggalkan Inter, disana saya menjalani musim yg luar biasa. Kepindahan saya bukan salah Stramaccioni, tak banyak yang bisa dilakukan pelatih 36 tahun menyoal kebijakan klub seperti Inter. Dia menjelaskan hal itu & Saya bisa memaklumi.”
Kutipan wawancara Sneijder di media belanda Volkskrant tadi menunjukan bahwa Stramaccioni bukanlah “aktor” dalam drama yang sempat mengganggu perjalanan Inter musim ini. An ordinary coach who doing his job.
Hingga Hari ini genap satu tahun pos kepelatihan Andrea Stramaccioni, 54-partai 29-Menang 10-Imbang 15-kalah sudah tercatat atas nama-nya sendiri. Rasio Menang 53.7 %; Imbang 18.5%; Kalah 27.7% sudah Strama jalani dalam kurun waktu lebih lama dibanding Benitez, Leonardo, Ranieri, & (hello!) Gasperini.
Andrea Stramaccioni, nama pelatih terlama & terawet sejak musim 2010/11 pasca Jose Mourinho “melarikan diri”. Sungguh sebuah prestasi tersendiri bagi seorang ‘newbie’ di klub sekaliber Internazionale. Lubang strategi permainan tim yang masih ada tentu menjadi PR besar. Pertandingan melawan Tottenham (mungkin) satu-satunya partai yang menunjukan passion & strategi brilian sang allenatore. Secara psikologis pasca kekalahan beruntun, pelatih mampu merepresentasikan strategi, kombinasi pemain tua-muda, & pemain binaan (re:Benassi) yang mampu mencerminkan apa sebenarnya project yang digembar-gemborkan klub secara utuh.
FISIKA dan INTERNAZIONALE
Ingat teori fisika yang satu ini?
Pressure (P) = F / A.
“Semakin kuat Gaya (F) yang ada, harus diimbangi luas permukaan (A) agar Pressure tidak membesar. Namun, jika berbicara teori fisika lanjut maka permukaan seluas apapun masih tergantung Modulus Elastisitas (E) bahan yang berbanding lurus dengan Pressure.”
Jika diterapkan dalam sepakbola & khususnya Inter, Massimo Moratti adalah orang #1 Inter yang seharusnya tahu akan hal ini, besarnya Luas Permukaan Stramaccioni tahun 2012 belum memiliki Elastisitas cukup untuk memimpin skuad utama dalam persaingan liga yang jauh berbeda dibanding primavera atau nextgenseries. Gaya kompetisi ketat Serie A akan menghasilkan Pressure yang besar. Sudahkah klub memikirkan resiko minim pengalaman Stramaccioni ini? seharusnya!.
Jika pengalaman-kualitas sudah dimiliki oleh seorang pelatih, maka kombinasi sempurna ini sangat cocok & juga pasti diimpikan klub mana pun. Stramaccioni adalah pelatih yang akan “disebut” memiliki elastisitas cukup jika musim ini berakhir, kualitas yang ia miliki telah membuat dirinya dilengkapi sesuatu yang mahal harganya, yaitu pengalaman.
Relakah Inter melepas pelatih, yang diakui sendiri oleh klub, bertalenta & (sudah) diberikan cukup banyak pengalaman? hanya karena ia tidak sesuai dengan Pressure yang ada, It’s all about time.
KEBETULAN BERNAMA “JUVENTUS”
Jika 1 tahun lalu Andrea Stramaccioni diangkat pasca kekalahan Inter dari Juventus di Turin, berselang beberapa bulan, 3 November 2012 Stramaccioni sendiri yang membayar tuntas penampilan buruk di kandang “Nyonya Tua”.
Stramaccioni, “Oggi abbiamo vinto sul campo e questo mi basta” alias “Kami mengalahkan mereka (juve) di lapangan & itu sudah cukup.”
Sebuah pernyataan yang bernada “sinis” atas berbagai pernyataan negatif terhadap Inter sebelumnya. Entah ini sebuah kebetulan atau bukan, justru pasca kemenangan di Juventus Arena-lah Inter sulit kembali ke performa terbaik.
![]() |
Performa 5 Tim Serie A Giornata 11-23 by GdS |
Semoga “1 tahun-an” Inter-Strama menjadi Starting-Point menuju posisi klasemen di akhir musim yang lebih baik. Penundaan laga Sampdoria-Inter ke 3 April 2012, seakan petunjuk tersendiri bagi Stramaccioni. Genap setahun yang lalu diangkat pasca laga Juventus, genap satu tahun kemudian (juga) Juventus yang akan menjadi lawan Stramaccioni disaat Tim sangat butuh kemenangan.
Jika diluaran sana gaduh layak atau tidak istilah Derby d’Italia untuk Inter vs Juventus, maka jawabanya layak. Julukan yang sudah kadung tersemat pada dua klub besar italia beda kota, dua klub dari kota dengan idealisme Industrialism vs Hedonism, dua klub dari kota dengan partai politik terbesar di italia, that’s called Derby d’Italia.
Maka, bagi Stramaccioni, Derby d’Italia tidak lebih dari sebuah Katalisator dalam perjalanan karirnya. Juventus adalah candu, layaknya Phencyclidine yang sangat berguna bagi seorang Dokter Anestesi, namun tidak bagi Raffi Ahmad.
AVANTI STRAMACCIONI!!!!
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar